Sabtu 07 Apr 2018 12:49 WIB

Syariat dan Kemaslahatan

setiap hal yang mengandung suatu kemaslahatan maka di sana ada syariat Allah.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Marsudi Syuhud
Foto: istimewa
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Marsudi Syuhud

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Marsudi Syuhud menilai, suatu persoalan tidak bisa diselesaikan secara seketika karena semuanya membutuhkan proses. Jika ada orang yang ingin menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dengan menerapkan konsep ‘Islam kaffah’maka itu tidak bisa dibenarkan.    

Mengutip kaidah Ushul Fikih ma la yudraku kulluhu la yutraku kulluhu (apa yang tidak bisa diraih semuanya, tidak boleh ditinggalkan semuanya), H Marsudi menjelaskan bahwa kalau saat ini negara belum bisa menyelesaikan persoalan bangsa yang ada maka jangan dirobohkan negaranya, tetapi diperbaiki terus sehingga menjadi baik dan bisa membereskan persoalan.

Ia menuturkan, setiap hal yang mengandung suatu kemaslahatan maka di sana ada syariat Allah. Ia mencontohkan, adanya Undang-Undang Lalu Lintas adalah untuk memelihara keselamatan bersama. Dengan demikian, UU Lalu Lintas merupakan sebuah syariat karena mengandung kemaslahatan.  

“Orang disuruh pakai helm biar kalau jatuh tidak benjut. Ada lampu merah, kuning, hijau biar tidak ada tabrakan,” kata H Marsudi dalam sebuah diskusi di Pesantren Darul Uchwah Jakarta, dalam siaran persnya, Jumat (6/4) malam.

Demikian pula membela kemanusiaan, imbuhnya, juga merupakan syariat Islam karena ada kemaslahatan di dalamnya. Terlebih, konsep kemanusiaan atau hak asasi manusia juga selaras dengan konsep maqashid syari’ah (tujuan bersyariat) yang enam dalam Islam, yaitu menjaga agama (hifd al-din), menjaga keturunan (hifd al-nasl), menjaga harta (hifd al-mal), menjaga nyawa (hifd al-nafs), dan menjaga akal (hifd al-aql). 

Lebih jauh, Pengasuh Pesantren Darul Uchwah ini mengatakan bahwa sebagai kritik sosial maka Islam harus terus berkembang karena persoalan hidup akan terus ada dan tidak pernah berhenti.

“Problem yang kemarin belum selesai tambah problem hari ini dan seterusnya maka tidak boleh berhenti Islam sebagai kritik sosial,”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement