REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Al Aqsa Working Group (AWG) bersama Jamaah Muslimin Hizbullah menggelar aksi damai di Depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta pada Selasa (3/4). Tujuannya untuk mendukung gerakan Great Return March (GRM) karena dalam pelaksanaan GRM di Palestina sebelumnya telah mengakibatkan 17 orang meninggal dan 1488 orang luka-luka karena serangan senjata Israel.
Ketua Umum AWG Agus Sudarmaji mengatakan AWG mengajak kepada para ulama, umat Islam, organisasi masa, para mahasiswa, pelajar, awak media massa dan semua komponen masyarakat yang peduli kepada keselamatan Masjid Al Aqsha serta perjuangan bangsa Palestina untuk menghadiri aksi damai.
Aksi damai mengusung tema Mendukung Hak untuk Kembali ke Palestina dan membela Masjid Al-Aqsha. "Aksi ini merupakan bentuk dukungan moral dari rakyat Indonesia kepada rakyat Palestina yang ingin kembali ke kampung halamannya, tanah kelahirannya, tempat mereka bersujud dan memakmurkan Masjidil Aqsha, kiblat pertama umat Islam," kata Agus kepada Republika.co.id, Selasa (3/4).
Ia menerangkan, GRM merupakan sebuah gerakan rakyat Palestina untuk merebut kembali hak mereka untuk pulang ke tanah airnya yang hampir 70 puluh tahun dirampas oleh penjajah Zionis Israel. Kerinduan untuk pulang ke tanah air dan hidup damai beserta sanak keluarga serta mencapai akhir usia adalah fitrah manusia.
Ia menegaskan, jutaan orang Palestina menderita ketika cinta dan kerinduan mereka kandas karena tanah air mereka dirampas dan diduduki oleh bangsa Israel sejak tahun 1948. Sejak itu Israel memenuhi tanah Palestina dengan kebencian, kemarahan dan kezaliman.
"Saat 88 persen tanah Palestina sepenuhnya dikuasai kaum penjajah Israel maka warga Palestina tak lagi merasakan cinta, kasih sayang, perlindungan, keamanan dan ketenteraman," ujarnya.
Agus menyampaikan, jutaan orang Palestina yang terusir dari tanah airnya kini terlunta-lunta dan mengungsi di berbagai penjuru dunia selama puluhan tahun. Selama itu pula mereka tidak pernah merasakan nikmatnya hidup sebagai bangsa yang merdeka dan sebagai warga dunia dengan hak-hak dan kehidupan normal sebagaimana lazimnya.
Bahkan, bagi warga Palestina tidak ada kesempatan berkarier. Mata pencaharian mereka hanya pada lahan dan bidang yang terbatas. Mereka dilarang memasuki negeri-negeri tertentu. Sungguh ketidakadilan melekat kepada bangsa Palestina di dalam dan di luar negeri Palestina.
"Rakyat Indonesia harus tampil mendukung gerakan GRM ini sebagai wujud cinta kasih kepada saudara-saudaranya di Palestina yang teraniaya," ujarnya.
Dikatakan Agus, aksi ini juga sebagai wujud melaksanakan amanat konstitusi Indonesia untuk menyuarakan kebebasan dunia dari penjajahan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Jutaan orang Palestina ingin pulang kembali ke Palestina karena rindu kepada Masjidil Aqsha, mereka ingin bersujud bersama-sesama saudara Muslim yang lainnya di masjid.
"Ironis sekali ketika semua orang dari berbagai negara boleh berziarah dan shalat di Al Aqsha namun sebagian besar warga Palestina dilarang untuk masuk ke masjid yang justru ada di kampung mereka," ujarnya.