REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olahraga memanah dan berkuda mulai digemari di Indonesia sejak bebe rapa tahun, terutama bagi masya rakat perkotaan. Olahraga ini bahkan tidak hanya berbasis komunitas tapi juga berbasis keluarga.
Sekretaris Jenderal Komunitas Panahan Berkuda Indonesia (KPBI), Sunaryo Adhiatmoko mengatakan olahraga ini baru berkembang sekitar empat tahun ter- akhir. Sementara di Eropa sudah berjalan sekitar 15 tahun terakhir.
Sunaryo menuturkan, komunitasnya secara khusus mengembangkan seni panahan peradaban Islam. Menurutnya, yang dikem- bangkan oleh organisasi ini yakni seni panahan berbasis sejarah yang diambil dari berbagai liter- atur.
Kemudian dipelajari dari manuskrip, kita dapat dari Eropa Turki. Ternyata punya basis sejarah panjang yang kemudian kita hidupkan kembali dan kita budayakan dan dijadikan sebuah waha na edukasi dan pengembangan budaya dan sejarah, ujar Sunaryo menjelaskan latarbelakang pendirian organisasi tersebut kepada Republika, Selasa (27/3).
Namun, kata Sunaryo, organisasinya akhirnya memilih Turki sebagai literatur utama. Sebab, kebudayaan terakhir dari kekuasaan Islam masa lalu adalah Ottoman. Oleh karena itu, organisasinya mengambil sanad ke Turki.
Sunaryo menuturkan, organisasinya merupakan olahraga yang mengembangkan panahan tradi- sional. Panahan ini, Sunaryo lebih senang menyebutnya seba gai fes- tival budaya atau diplomasi budaya. Hal tersebut diwujudkan dengan kostum yang digunakan pemanah sesuai asal daerahnya masing-masing ketika ber tanding.
Sunaryo mengungkapkan, organisasi ini mengembangkan dua kategori yaitu ground archery (pa nahan biasa) dan memanah sambil berkuda. Aktivitas dari ko munitas-komunitas yang tergabung dalam KPBI, kata Sunaryo, di lakukan pada Sabtu-Ahad. Pro fesi yang beraneka ragam mem buat latihan jarang dilakukan pada hari kerja.
Sunaryo menilai panahan tra- disional memiliki tingkat kesuli- tan tinggi dibandingkan panahan modern. Panahan modern meng- gunakan busur olympic dan alat modern lainnya. Sedangkan panah an tradisional hanya menggu- nakan busur, kemampuan diri dan anak panah.Jadi kemampuan intuitif kita tingkat kesulitan- nya cukup tinggi, makanya kita diedukasi punya ketenangan, disiplin, horison luas, kemampuan membaca angin, kata Sunaryo.
Menurut Sunaryo, panahan tradisional, namun digemari oleh orang-orang profesio nal. Sunaryo menduga dengan ting kat kesulitan yang tinggi cukup mem- berikan kepuasaan ketika berhasil melakukannya sesuai target.
Kemudian manfaat panahan tradisional secara kesehatan pasti berkhasiat kepada kesehatan tubuh karena jaraknya sasaran yang jauh. Lalu ada kepuasaan tersendiri ketika sasaran sesuai harapan.
Makanya kalau di panahan kita kenak kita hanya (bilang)alhamdulillah semua karena Allah. Gak semua punya kemam- puan pemanah. Semakin rendah hati, kata Sunaryo.