Senin 02 Apr 2018 11:24 WIB

Hindu dan Muslim India Bersatu untuk Keharmonisan

Muslim dan Hindu bergantian melindungi rumah dan tempat usaha satu sama lain.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Muslim India (ilustrasi)
Foto: EPA/Farooq Khan
Muslim India (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  ASANSOL -- Situasi di daerah Asansol-Raniganj di negara bagian India West Bengal sempat membara, setelah bentrokan komunal terjadi antara umat Hindu dan Muslim. Pos polisi tampak berjaga-jaga di pos yang berbeda di sana. Kendati demikian, kedua penduduk baik dari kalangan penduduk Hindu dan Muslim Sinthla Dangal di Asansol menunjukkan semuanya tidaklah hilang.

Mereka tetap bergandengan tangan untuk membawa keharmonisan komunal kembali di Asansol. Mereka memiliki kelompok untuk melindungi rumah dan unit bisnis satu sama lainnya.

Maulana Imdadul Rashidi, imam Masjid Noorani di Sinthla Dangal, telah kehilangan putranya selama situasi rusuh baru-baru ini yang dimulai pada 26 Maret lalu. Kerusuhan itu terjadi sehari setelah perayaan Ram Navami. Sinthla Dangal adalah sebuah daerah kecil yang didominasi Muslim di Asansol.

Tubuh anaknya ditemukan pada 28 Maret. Ketika penduduk setempat bersiap-siap untuk membalas kematian anak berusia 16 tahun yang baru saja menyelesaikan ujian kelas X itu, Rashidi meminta orang-orang untuk menjaga perdamaian dan tidak mencelakakan masyarakat lainnya. Pada 30 Maret, hari Jumat pertama setelah mayat putranya ditemukan, Rashidi mengatakan pada saat shalat Jumat kepada orang-orang agar menahan diri dari kekerasan.

"Keyakinan saya mengajarkan saya kedamaian dan karenanya saya meminta semua orang untuk menjaga perdamaian. Keluarga saya menderita kerugian besar, tetapi saya tidak ingin orang-orang menjadikannya alasan dan menyebarkan kekerasan. Itu dilarang dalam agama saya," kata Rashidi pada Ahad (1/4), dilansir di DNA India, Senin (2/4).

Dia mengatakan, pelaku akan dihukum oleh penegak hukum sesuai dengan hukum negara. Menurutnya, tidak ada yang berhak untuk mengambil hukum dan ketertiban sendiri. Setelah instruksinya tersebut, penduduk daerah setempat memastikan bahwa beberapa keluarga Hindu yang tinggal di sana tidak dirugikan.

Wasim Raza, seorang penduduk setempat, mengatakan Imam Saab telah menderita kerugian luar biasa. Namun dia sendiri sudah cukup bersabar dan justru meminta warga untuk tidak main hakim sendiri.

Raza mengatakan, mereka memutuskan untuk mengikuti langkah yang diinstruksikan sang imam. Menurutnya, anggota dari beberapa keluarga Hindu yang dulu tinggal di sana telah meninggalkan tempat itu dan mereka telah memastikan rumah umat Hindu tersebut aman.

"Kami telah menginstruksikan semua orang untuk menahan diri dari mencoba meruntuhkan tempat itu. Para pemuda di daerah itu juga memastikan satu-satunya kuil di daerah itu juga tidak dirugikan, sehingga tidak ada pesan yang salah yang diberikan kepada masyarakat luas," kata Raza.

Penduduk lokal lainnya, Md Asif Anwar mengatakan RK Verma yang tinggal sekitar 5 km jauhnya memiliki toko perhiasan di sana. Selama situasi seperti ini, toko perhiasan adalah salah satu target yang paling rentan. Namun, ia mengatakan tidak satu pun dari mereka di sana telah menyentuh toko perhiasan tersebut.

"Sebenarnya kami telah bergantian untuk menjaga unit usahanya," kata Anwar.

Verma, yang berada di luar kota karena alasan kesehatan, berbicara dengan DNA melalui telepon. Menurutnya, ia tidak berada di kota Sinthla Dangal ketika kerusuhan pecah. Ia mengaku prihatin saat mendengar kabar insiden kerusuhan di tempat di mana ia membuka toko sekitar satu setengah tahun yang lalu.

"Seseorang dari daerah itu hanya menghubungi saya dari tempat itu, dan memberitahukan saya tentang kejadian itu dan juga meyakinkan saya bahwa toko saya tidak dirusak. Saya senang dan tidak bisa berkata-kata untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka," kata Verma.

Penduduk Hindu juga mengatakan mereka adalah orang biasa yang terlibat dalam aktivitas normal mereka dan menghindari bentrokan komunal. Sushila Devi Burman yang rumahnya telah dihancurkan dan putranya telah terluka dalam bentrokan itu, mengatakan kekerasan harus dihentikan. Ia mengatakan, mereka tidak ingin membalas dendam dan melanjutkan kerusuhan itu. Menurutnya, umat Hindu dan Muslim telah tinggal di sana dengan damai selama berabad-abad dan harus tetap seperti itu. Ia menyadari kekerasan tidak pernah menguntungkan orang miskin seperti mereka.

"Anak saya telah terluka dan dirawat di rumah sakit. Rumah saya telah diratakan tetapi kami ingin melupakan semuanya dan meminta pemerintah untuk memastikan perdamaian," kata Devi, sembari berdiri di depan rumahnya yang rusak di Ram Kishan Dangal.

Senada dengan Devi, Ratan Mala Devi juga memiliki emosi yang sama. Wanita berusia 66 tahun itu mengatakan dia telah melalui sebuah cobaan pada 28 Maret lalu. Saat itu, orang-orang mengamuk dan melemparkan bom dan batu satu sama lain.

"Kami ingin hidup dalam harmoni yang selalu ada di sini, sehingga orang dapat bergerak tanpa takut diserang," kata Mala Devi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement