REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejak kapan peradaban manusia mengenal restoran? Geografer Muslim, Al-Muqaddasi, menyatakan, pertama kali restoran atau rumah makan muncul di dunia Islam pada abad ke-10 M. Penjelajah Muslim kelahiran Yerussalem itu mengungkapkan, pada masa itu telah muncul restoran yang menyediakan aneka jenis hidangan.
'' Di restoran seseorang dapat membeli semua jenis hidangan yang telah disediakan," ungkap Al-Muqaddasi. Restoran yang tersebar di Spanyol Islam menawarkan tiga menu hidangan utama. Yakni sup, menu utama, dan pencuci mulut. Restoran kemudian berkembang di peradaban Cina mulai abad ke-11 M.
Lalu kapan peradaban Barat mulai mengenal restoran? Jawabannya adalah pada abad ke-19. Restoran pertama di dunia Barat muncul di Prancis. Umat Islam telah berhasil membuat aneka resep hidangan dan masakan. Di era keemasan, terdapat sederet buku tentang masak-memasak. Beberapa buku kuliner yang dihasilkan para koki Muslim itu antara lain; Kanz al-fawa’id fi tanwi’ al-maw’id yang ditulis seorang koki tak dikenal dari Mesir dan Fadhalat al-khiwan fi atayyibat at-ta’am wa-’l-’alwan yang ditulis Ibnu Razin Attujibi pada abad ke-12 di Spanyol.
Selain itu, ada pula Kitab At-tabikh fi al-Maghrib wa-’l-Andalus yang disusun seorang koki tak dikenal di Maroko pada abad ke-12 M; Kitab At-tabikh yang ditulis Mohammed al-Baghdadi pada abad ke-13 M di Irak; Kitab At-Tabikh, ditulis Ibn Sayyar al-Warraq pada abad ke-13 M di Irak; Tadhkira, ditulis Dawad al-Antaki pada abad ke-13 M di Suriah; dan Wasla ‘l-habib fi wasf al-tayyibat wa-t-tibb, ditulis Ibnu A’dim pada abad ke-13 M di Suriah.
Awalnya, resep-resep itu hanya beredar di kalangan istana. Setelah itu, barulah masyarakat biasa bisa meracik hidangan sesuai resep yang dibuat para koki andal itu. Saat itu, ilmu gizi telah dikembangkan sebagai salah satu bentuk pengobatan. Penguasa Muslim di era itu sudah memperkenalkan pentingnya menjaga kesehatan tubuh.
Di abad ke-13 M, buku-buku gizi beserta resep-resep masakan yang disusun para dokter Muslim menarik perhatian para penguasa, tak terkecuali gereja di Barat pun ikut kepincut untuk mempelajarinya. Minat untuk mempelajari ilmu gizi beserta resep-resep makanan dan hidangannya semakin berkembang pesat ketika Ferrara, Salerno, Montpellier, dan Paris, menjadi pusat untuk mempelajari ilmu kedokteran Islam.
Salad dan sup juga merupakan hidangan yang diracik dan disarankan dokter Muslim, seperi Al-Razi dan Ibnu Zohr. Selain itu, pasta juga ternyata warisan kuliner Islam. Petualang Muslim pada abad ke-11 M bernama Al-Bakri menuliskannya dalam catatan perjalanannya. Pada abad itu, wanita-wanita Muslim sudah membuat pasta untuk jamuan makan. Begitulah peradaban Islam mengembangkan aneka hasil pertanian.