Jumat 23 Mar 2018 19:05 WIB

PP Muhammadiyah Bersilaturahim ke PBNU

Apalagi NU dan Muhammadiyah memiliki peran besar terhadap berdirinya Indonesia.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (dari kiri) bersalaman usai melakukan silahturahim di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (23/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (dari kiri) bersalaman usai melakukan silahturahim di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Pusat Muhammadiyah bersilaturahim ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jumat (23/3). Selain untuk memperat persaudaraan, silaturahim ini juga membahas berbagai persoalan kebangsaan.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj mengatakan, silaturahim fisik harus ditindaklanjuti dengan menyamakan persepsi. Karena itu, NU dan Muhammadiyah perlu memiliki cara berpikir yang sama tentang kebangsaan.

"Beda dikit tidak apa-apa, tapi garis besar sama," ujar Kiai Said setelah pertemuan, di kantor PBNU, Jakarta.

Apalagi NU dan Muhammadiyah memiliki peran besar terhadap berdirinya Indonesia lewat dua pendirinya, KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari. Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim juga berasal dari guru yang sama.

Sejak dahulu, lanjutnya, kedua organisasi ini sudah menyetujui bahwa Indonesia merupakan negara nation state. Itu artinya, Indonesia bukan negara agama atau suku.

"Silatul afkar harus ditindaklanjuti dengan kerja sama. Mari membangun organisasi silaturahmi ini membangun jaringan silatul amal," kata Kiai Said.

Nabi Muhammad, menurut Kiai Said, sudah mencontohkan dengan membangun jaringan yang luas. Ia berhasil membangun jaringan ekonomi dan sosial.

Karena itu, Kiai Said berharap pertemuan ini mampu melahirkan kerja sama ekonomi dan sosial. Puncak dari silaturahim yaitu adanya komunikasi spiritual. "Itu yang paling penting. Saling mendoakan," tuturnya.

Selain ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir, ikut juga Sekretaris Umum Abdul Mu'ti, Hajriyanto Tohari dan Bendaha Umum Prof Suyatno. Mereka diterima langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Aqil Siraj, Sekjen PBNU Hemly Faisal Zaini, dan KH Marsudi Zuhud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement