REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendikiawan Muslim KH Didin Hafidhuddin merasa heran dengan sikap gerah dengan dosennya yang bercadar. Padahal di sisi lain, tidak melarang orang yang mengenakan baju ketat.
"Kita heran juga kenapa banyak yang gerah dengan mahasiswi yang bercadar, sementara muslimah yang berpakaian serba ketat dan serba membentuk malah dibiarkan," kata Didin, saat dihubungi Republika.co.id, Senin (19/3).
Dunia kampus, ungkapnya, harus bisa menciptakan suasana yang dialogis dan persuasif. Banyak hal lebih perlu untuk diperhatikan daripada melarang seseorang menggunakan cadar.
Dikatakannya, perlu diadakan dialog antara IAIN Bukittinggi dan dosen yang menggunakan cadar, Hayati Syafri. Dialog ini untuk menghindari kecurigaan antara kedua belah pihak.
"Seharusnya mengedepankan dialog dan komunikasi yang sehat, bukan saling mencurigai," kata Didin.
Pelarangan cadar di dunia kampus merupakan hal yang tidak bijak. Menurut Didin hal tersebut mencegah seseorang untuk menjalankan keyakinan agamanya.
"Saya kira kurang bijak jika di dunia kampus apalagi UIN dilarang memakai cadar. Karena itu hak utama yang bersangkutan untuk menerapkan keyakinan agamanya. Kita berharap main larang yang tanpa alasan itu, apalagi sekadar syakwa sangka dan curiga harus segera dihentikan," tambah Didin.
Sebelumnya, pihak kampus sempat membeberkan alasan mengapa melarang penggunaan cadar. Alasan tersebut adalah adanya mahasiswa yang merasa tidak nyaman mengikuti kuliah bersama dosen bercadar.
Terkait hal tersebut, Didin menilai mahasiswa harus dibiasakan menghargai keyakinan orang lain. "Para mahasiswa harus dibiasakan menghargai perbedaan apalagi cadar tidak menyebabkan terganggunya prestasi akademik," ujar dia.