Kamis 15 Mar 2018 13:56 WIB

Awal Ramadhan Serentak Hingga 2021, Mungkinkah?

Perbedaan awal Ramadhan terjadi karena posisi bulan rendah di wilayah Indonesia.

Rep: Novita Intan/ Red: Agus Yulianto
Thomas Djamaluddin Kepala Lapan
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Thomas Djamaluddin Kepala Lapan

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kementerian Agama melalui Badan Hisab Rukyat (BHR) telah membentuk tim Hisab Rukyat dan Forum Temu Kerja Hisab Rukyat. Adapun tim tersebut merupakan wadah bertemunya para ahli hisab rukyat berbagai ormas Islam dan instansi untuk mencari kesepahaman dalam penentuan awal bulan Hijriyah.

Anggota BHR Kemenag, Thomas Djamaluddin mengakui, beberapa tahun terakhir perbedaan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha sering terjadi karena posisi bulan rendah di wilayah Indonesia. Sedangkan kriteria awal bulan belum disepakati semisal, terjadi perbedaan saat Idul Adha 1436/2015.

photo
Hilal, ilustrasi

Setelah itu (2015), perbedaan utama (antara kriteria WH dan Imkan Rukyat 2 derajat) tidak akan ada lagi karena posisi bulan sudah cukup tinggi pada hari Rukyat. Umat akan merasakan persatuan bukan karena kesepakatan kriteria, tetapi karena terbantu posisi bukan yang cukup tinggi," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Jakarta, Kamis (15/3).

Bahkan, dia memperkirakan, awal Ramadhan dua tahun ke depan tidak ada potensi perbedaan. Posisi bulan pada saat maghrib hari Ijtimak atau konjungsi masih di bawah ufuk terjadi pada tahun-tahun 1436/2015 dan 1439/2018.

Posisi bulan pada saat maghrib hari ijtimak/konjungsi lebih lebih dari 2 derajat terjadi pada tahun-tahun 1437/2016, 1438/2017, 1440/2019, 1441/2020, dan 1442/2021. Jika kriteria masih seperti sekarang, potensi perbedaan baru akan terjadi lagi pada 1443/2022 dan 1444/2023 karena posisi bulannya rendah.

Baca Juga: Pemerintah Pastikan Awal Ramadan akan Serentak

"Kami terus mengupayakan penyatuan kriteria sehingga kekhawatiran kembalinya perbedaan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha mulai 1443/2021 dapat dihindarkan. Kita menuju penyatuan kalender Hijriyah yang hakiki, bukan sekadar terbantu posisi bulan yang cukup tinggi," ujarnya.

"Dengan menggunakan aplikasi Accurate Hijri Calculator (AHC) yang dikembangkan Abdul Rouf dari Fisika Universitas Brawijawa, kita bisa mengkaji kemungkinan perbedaan di masa depan kalau kriterianya tidak berubah, seperti saat ini," ungkapnya.

Garis tanggal awal Ramadhan 1443/2021 menurut kriteria Odeh, IR 2 derajat, dan WH menunjukan Idul Fitri dua tahun ke depan tidak ada potensi perbedaan. Posisi bulan pada saat maghrib hari ijtimak/konjungsi masih di bawah ufuk terjadi pada tahun-tahun 1437/2016 dan 1440/2019.

"Awal Syawal 1442/2021 merupakan saat terbaik untuk melakukan Rukyat dengan kemungkinan keberhasilan yang tinggi (kalau cuaca cerah), karena posisi bulan yang memenuhi kriteria visibilitas Odeh yang bersifat optimistik," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement