Kamis 15 Mar 2018 13:42 WIB

Pemerintah Pastikan Awal Ramadhan akan Serentak

Saat ini, sudah ada kesadaran untuk menyamakan kriteria di antara ormas-ormas Islam.

Rep: Novita Intan/ Red: Agus Yulianto
Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin,
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin,

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA - Untuk mencari kesepahaman penetapan hari besar keagamaan (Islam), Kementerian Agama melalui Badan Hisab Rukyat (BHR) telah membentuk Tim Hisab Rukyat dan Forum Temu Kerja Hisab Rukyat. Tim tersebut merupakan wadah bertemunya para ahli hisab ruqyat berbagai ormas Islam dan instansi untuk mencari kesepahaman dalam penentuan awal bulan Hijriyah.

Anggota BHR Kemenag, Thomas Djamaluddin, mengatakan, Menteri Agama sudah melakukan pendekatan kepada ormas-ormas besar untuk membuka dialog menuju penyatuan kriteria. "Tujuannya, selain jangka pendek untuk pembuatan kalender Islam tahunan, jangka panjang merumuskan kriteria bersama yang bisa mempersatukan umat," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Jakarta, Kamis (15/3).

Sebelumnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan awal puasa atau 1 Ramadhan 1439 Hijriyah/2018 Masehi jatuh pada Kamis 17 Mei 2018. Keputusan tersebut berdasarkan hasil hisab Hakiki Wujudul Hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Sejak lama Muhammadiyah dikenal mengeluarkan penetapanawal puasa, hari Idul Fitri, dan Idul Adha mendahului keputusan pemerintah. Untuk mencari kesepahaman penetapan hari besar keagamaan, Kementerian Agama melalui BHR telah membentuk tim Hisab Rukyat dan Forum Temu Kerja Hisab Rukyat.

photo
Seorang warga melihat posisi hilal untuk menentukan awal Ramadan dengan menggunakan teleskop di Ponpes Assalam, Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (26/5).

 

Thomas memperkirakan, (bagi pengamal ruqyat dan pengamatan hilal) atau menentukan (bagi pengamal hisab, perhitungan posisi bulan) ada garis tanggal awal-awal bulan 1439 Hijriyah dengan menggunakan aplikasi Accurate Hijri Calculator (AHC) yang dikembangkan Abdul Rouf dari alumni Fisika Universitas Brawijawa. Kriteria yang digunakan adalah kriteria tinggi bulan dua derajat yang biasa digunakan Kementerian Agama RI dan Kriteria Hisab-Rukyat Indonesia.

Ramadhan 1439

Kondisi bulan saat maghrib 15 Mei 2018 di wilayah Indonesia: bulan masih di bawah ufuk, berarti juga tingginya kurang dari dua derajat dan belum memenuhi kriteria Hisab Rukyat Indonesia (LAPAN 2010 ). Maka, 1 Ramadhan 1439 jatuh pada 17 Mei 2018.

Syawal 1439

Kondisi bulan saat maghrib 14 Juni 2018 di wilayah Indonesia: bulan sudah di bawah ufuk dan tingginya lebih dari 2 derajat dan juga memenuhi kriteria Hisab Rukyat Indonesia (LAPAN 2010 ). Maka, 1 Syawal 1439 jatuh pada 15 Juni 2018.

Zulhijah 1439

Kondisi bulan saat maghrib 11 Agustus 2018 di wilayah Indonesia: bulan masih di bawah ufuk, berarti juga tingginya kurang dari 2 derajat dan belum memenuhi kriteria Hisab Rukyat Indonesia (LAPAN 2010 ). Maka, 1 Dzulhijjah 1439 jatuh pada 13 Agustus 2018.

Baca Juga: Ini Penjelasan Kemenag Soal Penyeragaman Hari Besar Islam

Merujuk pada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) 2010, Thomas menjelaskan, perbedaan penetapan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha di Indonesia bukan disebabkan oleh perbedaan metode hisab (perhitungan astronomi) dan Rukyat (pengamatan), tetapi oleh perbedaan kriteria. "Saat ini, sudah ada kesadaran untuk menyamakan kriteria di antara ormas-ormas Islam,"  ujarnya.

Untuk itu, kata Thomas, kajian ilmiah perlu dilakukan untuk memberikan masukan alternatif kriteria yang nantinya perlu dikaji untuk dipilih menjadi kriteria tunggal yang disepakati. Beberapa alternatif kriteria berdasarkan analisis data Rukyat di Indonesia dan internasional.

Ketua Lapan ini mengatakan, kriteria harus memperhatikan dalil-dalil syari yang disepakati para ulama serta didasarkan pada kemudahan aplikasinya dan kompatibilitas hisab rukyat sehingga hisab dan rukyat bisa benar-benar setara dalam pengambilan keputusan dalam sidang itsbat.

photo
Hilal (Ilustrasi)

 

Berdasarkan analisis diusulkan Kriteria Hisab-Rukyat Indonesia sebagai berikut: Jarak sudut bulan-matahari > 6,4o dan beda tinggi bulan-matahari > 4o.

"Kata kuncinya adalah Kriteria visibilitas hilal, Hisab-Rukyat, Kriteria Hisab-Rukyat Indonesia," kata dia.

Kriteria baru tersebut, hanya merupakan penyempurnaan kriteria yang selama ini digunakan oleh BHR dan ormas-ormas Islam untuk mendekatkan semua kriteria itu dengan fisis hisab dan rukyat hilal menurut kajian astronomi. Dengan demikian, aspek rukyat maupun hisab mempunyai pijakan yang kuat, bukan sekadar rujukan dalil syari, tetapi juga interpretasi operasionalnya berdasarkan sains-astronomi yang bisa diterima bersama.

"Insya Allah awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijah 1439 akan seragam di Indonesia," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement