Jumat 02 Mar 2018 15:31 WIB

Pengobatan Ala Rasulullah

Penting untuk meyakini kesembuhan berasal dari Allah SWT.

Alat bekam/ilustrasi
Foto: acupunctureuk.co.uk
Alat bekam/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Banyak masyarakat protes pengobatan atas nama simbol Islam dan metode yang tidak jelas asal muasalnya. Sehingga, perlu diketahui metode dan cara pengobatan yang sesuai serta disunahkan oleh Rasulullah SAW.

Wakil Sekretaris Jenderal MUI Tengku Zulkarnaen mengatakan, pengobatan apa saja yang bentuknya dari ilmu tabib Cina, Arab, rukyah, maupun modern diperbolehkan asalkan meyakini kesembuhan berasal dari Allah SWT. Sedangkan obat, teknik pengobatan, orang yang mengobati merupakan perantara saja. “Jika seseorang meyakini kesembuhan bukan selain Allah SWT, dianggap syirik,” ujarnya.

Ustaz Tengku mewanti-wanti agar umat tetap berhati-hati memilih pengobatan. Masyarakat diimbau tidak lantas percaya dengan iming-iming sembuh seketika. Menurut Ustaz Tengku, itu merupakan kebohongan besar jika ada pengobatan yang langsung menjamin kesembuhan setelah berobat. “Kesembuhan merupakan hak Allah SWT,” ujarnya.

Begitu juga dengan pengobatan alternatif dengan memindahkan penyakit. Dalam pengobatan Rasul bahkan sejak Nabi Adam tidak pernah ditemui pengobatan memindahkan penyakit ke hewan, tumbuhan, maupun benda-benda lain. “Pengobatan tersebut merupakan kebohongan besar,” kata ustaz yang juga ahli thibbun nabawi ini. 

Selain itu, orang yang mengobati juga harus berjiwa sosial. Niatnya harus tulus mengobati bukan mencari keuntungan. “Apalagi, sampai menagih biaya hingga puluhan juta,” ujarnya.

Rasulullah SAW sendiri mengajarkan banyak ilmu kesehatan dan pengobatan. Ustaz Tengku menjelaskan, umumnya penyakit bersumber dari perut sehingga kita harus menjaga kondisi lambung.

Lambung harus diisi seimbang antara makanan, air, dan udara. Satu saja tidak seimbang, pasti akan menimbulkan masalah hingga terserang penyakit. “Makanan jatahnya hanya sepertiga dari ruang lambung, sesuai kaidah Rasulullah,” katanya.

Rasulullah dalam menjaga kesehatan juga dengan menjaga makanannya. “Tidak pernah Rasul memakan makanan dengan menggabungkan karbohidrat dan protein hewani,” ujarnya. Rasul juga berdiet dengan tidak pernah makan bersamaan daging dan susu. Jika Rasul memakan daging maka tidak minum susu begitu juga sebaliknya.

Selain itu, Rasul juga mengajarkan konsumsi madu untuk mengobati diare. Selain madu, obat yang digunakan rasul adalah habatussaudah. Habatussaudah merupakan lada hitam yang rasanya pahit untuk mengobati segala jenis penyakit yang saat ini telah kembali populer.

Tepung talbinah juga menjadi salah satu obat pada zaman Rasulullah. Tepung yang kembali popular ini berwarna merah keunguan dan sering dibuat bubur.

Siti Aisyah, kata Ustaz Tengku, selalu memasak tepung tersebut, terutama saat ada kematian yang terjadi di rumahnya. Tepung talbinah dapat mengobati penyakit liver dan membantu dalam mengurangi kesedihan. Saat ini, tepung itu masih dapat ditemukan di Afrika.

Terkait bumbu makanan, Rasulullah menyunahkan menyediakan garam mentah pendamping makanan. Karena, garam yang dicampurkan dalam makanan yang dimasak kandungan yodiumnya akan hilang.

Ustaz Tengku menjelaskan, Rasulullah pun melarang umat untuk menahan buang air kecil karena dapat menganggu kinerja ginjal. Untuk itu, aturan terminal buang air kecil sebenarnya telah dibuat.

“Saat kita berwudhu, biasanya kita akan masuk ke kamar mandi. Waktu-waktu berwudhu merupakan waktu yang telah diatur sebagai terminal buang air kecil,” ujarnya.

Selain itu, ada pengobatan yang disunahkan saat telah terkena penyakit. Berbekam merupakan teknik pengobatan dengan menyedot darah beku untuk melancarkan aliran darah. 

Teknik bekam ini sebenarnya telah ada sejak zaman Nabi Ayub. Dahulu pengobatan dengan menyedot darah beku, yakni dengan sengatan lebah dan hisapan lintah.

Satu pengobatan yang kurang populer dan menurut Rasulullah umatnya tidak menggunakan, yaitu meletakkan sejenak besi panas pada telapak kaki yang disebut kai. “Besi panas ini yang disentuhkan pada kaki, dua hingga tiga detik akan terasa dikejutkan untuk memperlancar aliran darah,” katanya.

Pada zaman Rasul juga mengenal rukyah, pengobatan Nabi dengan cara membaca al-Fatihah di depan air dan disiramkan kepada orang yang sakit. Rukyah ini juga dapat dilakukan dengan membaca al-Fatihah serta mencampur tanah dan air liur dan dioleskan pada bagian yang sakit.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement