Kamis 01 Mar 2018 10:37 WIB

Akar Sejarah Muslim Afrika di Saudi

Akar keturunan mereka berasal pada abad ke-19.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Pemuda Muslim keturunan Afrika sedang membaca Alquran di kereta Uptown 6 di Manhattan, New York.
Foto: the guardian
Pemuda Muslim keturunan Afrika sedang membaca Alquran di kereta Uptown 6 di Manhattan, New York.

REPUBLIKA.CO.ID,  JEDDAH -- Sekitar 10 persen penduduk Arab Saudi adalah keturunan Afrika. Umumnya, mereka tinggal di wilayah Barat dan khususnya di Makkah. Akar keturunan mereka berasal pada abad ke-19, dari jamaah haji yang datang dari Afrika dan kolonisasi Inggris di Afrika.

Selama ratusan tahun, jamaah dan umat Muslim tertindas dari benua tersebut. Mereka kemudian pergi ke Makkah dan Madinah, dan memilih untuk menjadikan kota-kota tersebut sebagai rumah mereka. Para penduduk Afrika itu terutama berasal dari Chad, Burkina Faso, Gambia, Mali, Senegal, dan khususnya Nigeria.

Dr. Mohammed Faheem (70), profesor perbandingan pendidikan di Universitas Umm Al-Qura di Makkah, mengatakan bahwa keluarganya tiba di Hijaz pada 1993 dari Nigeria. Alasan utama emigrasi mereka adalah kolonisasi Inggris. Inggris menjajah Afrika untuk mengeksploitasi sumber daya alamnya, membawa pendidikan Barat, bahasa Inggris dan agama Kristen ke Afrika. Terdapat perlawanan, terutama di kalangan umat Islam di utara. Namun tanpa tentara terorganisir atau senjata modern, mereka tidak bisa menyesuaikan dengan kekuatan Kerajaan Inggris.

"Banyak yang memilih untuk melakukan perjalanan ke timur, di mana mereka tahu mereka bisa merasa aman di tanah yang akan selamanya menjadi Muslim. Mereka melewati Chad dan Sudan, dan kemudian tujuan akhir adalah tanah Hijazi di semenanjung Arab," kata Faheem, dilansir dari Arab News, Kamis (1/3).

Ia mengatakan, beberapa imigran sudah memiliki pengetahuan tentang bahasa Arab dan pelajaran Islam. Umumnya, mereka bekerja sebagai hakim, ilmuwan dan guru di masjid suci.

"Kakek saya adalah salah satu dari mereka. Yang lainnya adalah buruh," lanjutnya.

Ia menuturkan, pendidikan Barat atau pendidikan modern tiba di Nigeria dengan adanya kolonisasi Inggris. Oleh karena itu, orang Nigeria percaya bahwa pendidikan modern harus dilarang dari perspektif agama. Menurutnya, ide itu tetap ada di antara mereka, bahkan saat mereka tiba di Hijaz.

Karenanya, ia mengatakan sangat sedikit orang yang mau mengirim anak mereka ke sekolah modern, bahkan saat di Arab Saudi. Mereka hanya akan mengirim anak-anak mereka ke sekolah-sekolah Islam tradisional. Ada warisan ketidakpercayaan di Nigeria hingga hari ini. Arti harfiah dari Boko Haram misalnya, milisi ekstremis Nigeria, adalah "pendidikan Barat dilarang."

Keluarga Saudi dari keturunan Afrika yang paling dikenal adalah Fallatah, Hausawi dan Barnawi. Mereka semua dulu tinggal di satu daerah yang dekat satu sama lain di Makkah.

"Setiap suku memiliki bahasa sendiri yang dinamai sesuai namanya. Ada bahasa Hausa, Fallata, dan Borno, dan mereka diucapkan di daerah Makkah," ujarnya.

"Saya sendiri yang berbicara bahasa Fallatah, dan ketika saya pergi ke AS untuk belajar, saya ingin memperbaiki bahasa Afrika saya dan saya memilihnya sebagai bahasa mandatori kedua untuk mempertahankan pendidikan tinggi saya." lanjutnya.

Faheem mengatakan, ketika ia masih muda, mereka biasa berbicara bahasa mereka sendiri di rumah dan beralih ke bahasa Arab saat pergi keluar. Namun, generasi yang lebih muda tidak lagi memiliki ikatan dengan asal-usul mereka.

"Mereka tidak memiliki kehidupan yang kita miliki, kita tinggal dekat dengan akar kita karena kita tinggal di antara mereka yang pindah dari Afrika Barat untuk tinggal di sini."

Bagaimanapun, tidak semua orang Saudi berkulit hitam melacak jejak asli mereka ke Afrika Barat. Meskipun belum ada survei resmi mengenai keragaman etnis di negara itu, banyak orang Saudi adalah orang Afro-Arab yang berasal dari tempat-tempat seperti Sudan dan Djibouti. Namun apa pun asal usul mereka, Faheem mengatakan bahwa penghormatan terhadap akarnya tidak bertentangan dengan kesetiaan mereka terhadap negara dan bangsanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement