REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah kota di Meksiko, tepatnya di Pantai Tijuana, menjadi tempat subur bagi berkembangya para mualaf. Populasi Muslim terus mengalami peningkatan jumlah. Mereka pun mengaku bahagia tinggal di kota tersebut.
Profesor Studi Islam di Universitas San Diego, Dr Khaleel Mohammed, mengatakan, banyak penduduk Meksiko yang melihat Islam menawarkan hal berbeda dari agama lain. Muslimin di sana sangat toleransi pada nilai tradisional setempat. Sehingga, banyak warga yang tertarik kemudian mempelajari Islam.
Untuk fasilitas beribadah, para mualaf juga diterima baik di Masjid Al Islam yang baru saja berdiri di kota tersebut. Pusat Islam pun kemudian dibangun di sana sebagai tempat para Muslimin menempa ilmu agama dan membina para mualaf.
Salah seorang mualaf asal California, Amir Carr, mengaku bahagia menjadi mualaf. Istrinya merupakan warga Meksiko sehingga Carr pun kemudian memilih tinggal di negeri Latin tersebut. Keduanya kemudian tinggal di Tijuana dan mengenal Islam. “Islam benar-benar mengubah hidup saya,” ujar Carr.
Muallaf lain, Samuel Cortes, juga merasakan hal sama. Ia merupakan seorang imigran. Saat berkunjung ke Tijuana, justru ia kemudian mendapatkan hidayah. Ia pun enggan kembali ke rumahnya di AS dan masih berkeinginan tinggal di kawasan pantai Meksiko tersebut. Hanya saja, ia harus kembali karena keluarganya berada di AS.
Berdasarkan survei tahun lalu oleh WhyIslam, masyarakat Latin memang mengambil 19 persen dari jumlah konversi Islam di Amerika. Para mualaf Latin tersebut didominasi wanita. Sejak 2000, mualaf latin wanita bahkan terus mengalami peningkatan hingga delapan persen.