REPUBLIKA.CO.ID, LEMBATA -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) berkolaborasi dengan Forum Komunikasi Masyarakat Muslim Indonesia se-Jerman (Forkom Jerman) membangun Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS Manahil) Al Irfan di Desa Dikesare, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata, NTT. Kerja sama ini dibalut dalam Program 100 Pulau Tepian Negeri,
Desa Dikesare NTT dihuni sekitar 426 jiwa, dengan komposisi penduduk muslim 94 jiwa, Kristen protestan 5 jiwa, Katolik 327 jiwa. Penguasa lahan atau yang menjadi tuan tanah di desa ini adalah Suku Paliwala, yang 90 persen dari total penduduk desa, sisanya pendatang.
Forkom adalah komunitas diaspora Indonesia terbesar di Jerman yang terdiri dari profesional, pelajar, dan masyarakat umum, yang telah lama bermukim di Jerman. Tim ACT, Moh Faisol Amrullah mengatakan, Forkom telah menjadi mitra strategis ACT di Jerman selama lebih dari tiga tahun.
Aksi Cepat Tanggap (ACT) berkolaborasi dengan Forum Komunikasi Masyarakat Muslim Indonesia se-Jerman (Forkom Jerman) membangun Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS Manahil) Al Irfan di Lembata.
ACT telah bekerja sama dengan Forkom untuk sejumlah program-program kemanusiaan seperti Global Qurban dan Global Wakaf, ziswaf (zakat, infak, sedekah, wakaf), dan Program 100 Pulau Tepian Negeri. "Saat ini, Forkom sedang membangun dua ruang kelas MIS Manahil di Desa Dikesare, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata. Ke depan kita harapkan tak ada lagi diskriminasi pendidikan atau kualitas pendidikan yang rendah," ujar Faisol dalam keterangan tertulisnya, Rabu (14/2).
Program 100 Pulau Tepian Negeri ini merupakan salah satu program ACT yang mendapat perhatian besar diaspora Indonesia. Forkom bersama ACT ingin memujudkan mimpi-mimpi putra-putri bangsa yang tinggal di daerah pelosok negeri Indonesia, untuk memiliki sekolah yang layak untuk menuntut ilmu.
Sementara, Koordinator Tim Implementator Program 100 Pulau Tepian Negeri, Dede Abdurrochman mengatakan bahwa pembangunan sekolah ini merupakan bagian dari proyek besar Pembangunan Integrated Community Center (ICC) ACT di desa tersebut. Nantinya, kompleks tersebut akan meliputi pembangunan fasilitas lainnya serta pemberdayaan masyarakat desa.
Kompleks pendidikan terpadu ini nantinya akan meliputi asrama putra dan putri, ruang kelas Madrasah Aliyah, ruang kelas Madrasah Ibtidaiyah, ruang guru dan perpustakaan Madrasah Ibtidaiyah, ruang kelas Madrasah Aliyah, ruang guru dan perpustakaan Madrasah Aliyah, masjid beserta tempat wudu terpisah, rumah tenaga pengajar, dan klinik, jelas Dede.
Saat ini, proses pembangunan saat ini sudah mencapai tahap 20 persen pembangunan dan ditargetkan rampung dalam dua pekan. Pembangunan sekolah ACT ini diharapkan bisa menjadi pusat dakwah dan pendidikan agama Islam bagi kaum muslim di wilayah tersebut.