Selasa 13 Feb 2018 17:04 WIB

Ini Strategi MCI Yogyakarta Cegah Pendangkalan Akidah

Dengan strategi street dakwah, MCI Yogyakarta blusukan dari kampung ke kampung.

Rep: Umi Nur Fadillah/ Red: Agung Sasongko
Komunitas Mualaf Ceter Indonesia mengadakan acara memungut sampah pada kegiatan car free day, di Bundaran HI, Ahad (16/11).
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Komunitas Mualaf Ceter Indonesia mengadakan acara memungut sampah pada kegiatan car free day, di Bundaran HI, Ahad (16/11).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Mualaf Center Indonesia (MCI) di Yogyakarta memaksimalkan pendekatan street dakwah guna memperkuat akidah untuk menguatkan akidah mualaf dan Muslim di daerah itu.

"Kita ada misi perkuat akidah dengan street dakwah, desa binaan, kata Pengurus MCI Yogyakarta Amrullya kepada Republika.co.id, Selasa (13/2).

Mas Amru, demikian sapaan akrabnya, menjelaskan program penguatan akidah itu merupakan salah satu upaya menangkal pendangkalan akidah, baik pada mualaf atau masyarakat di kampung-kampung.

Ia tak menampik, pendangkalan akidah pada masyarakat memiliki tantangan tersendiri. Namun, kegiatan itu masih memiliki metode klasik, yakni menyasar warga kurang mampu.

 

Upaya penguatan akidah dengan street dakwah dilakukan dari kampung ke kampung, kampus ke kampus, dan desa binaan MCI Yogyakarta. Amrullya mengatakan MCI Yogyakarta tak hanya menyasar mualaf, tetapi saudara seakidah.

Sementara khusus untuk teman mualaf, MCI Yogyakarta memiliki progaram kajian bersama setiap Ahad di ruang perpustakaan Masjid Gedhe Kauman.

Amrullya mengatakan, mualaf di bawah binaan MCI Yogyakarta cukup banyak. Masuk tahun keempat pendirian MCI di Yogyakarta, hampir 400 mualaf bersyahadat bersama yayasan tersebut.

Terkait permasalahan mualaf, Amrullya mengatakan mualaf dan msyarakat di kampung-kampung memiliki permasalahan dan kondisi serupa. Sehingga, ia bersama pengurus MCI Yogyakarta terus berupaya mempertebah akidah mualaf dengan rutin mengadakan kajian tafsir Alquran, hadis, maupun akidah.

Pendampingan diberikan untuk satu mualaf yakni satu pendamping. Alasannya, antarmualaf memiliki taraf keilmuan berbeda-beda.

Salah satu hambatan MCI Yogyakarta, kata dia, yakni menguatkan akidah karena maraknya presentasi suatu agama pada masyarakat di kampung. "Kita lawan dengan ilmu, kita berikan penjelasan tentang apa yang harus kita lakukan ke mereka, ujar dia.

Ia menolak disebut intoleransi dalam menghadapi kampanye suatu agama. Sebab, ia merasa tindakannya hanya memberi tahu sesuai firman Allah SWT dan sunnah nabi Muhammad SAW.

Amrullya mengatakan, MCI Yogyakarta tak memiliki kesulitan masuk ke setiap kampung. Menurut dia, MCI Yogyakarta selalu diterima dengan baik karena tak berhadapan dengan lintas barokah, tetapi lintas akidah.

"Kita bisa masuk ke semua kampung, Muhammadiyah, NU Persis. Karena yang kita serukan untuk mengisahkan Allah SWT,"ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement