REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korban wabah campak dan gizi buruk yang tengah melanda Kabupaten Asmat, Provinsi Papua kian bertambah. Menurut laporan medis kabupaten Asmat, tercatat 79 anak dikabarkan meninggal dunia sampai tanggal 29 Januari 2018 pukul 06.00 WIT.
Musibah ini menimpa 23 distrik (kecamatan) yang mencakup 224 kampung (desa). Jumlah penderita campak juga kian meningkat sampai angka 646 jiwa, sedangkan penderita gizi buruk mencapai 144 jiwa.
Menanggapi musibah itu, tim NU peduli kemanusiaan bergegas turun lapangan di distrik Agast, Kabupaten Asmat. Agast merupakan salah satu distrik yang penderita gizi buruk dan campak memperihatinkan.
Di lokasi Agast, tim peduli kemanusiaan disambut hangat oleh PCNU Kabupaten Asmat dan juga sesepuh kampung Syuru. “Kami bersama sesepuh adat penduduk lokal menyambut baik kehadiran tim NU peduli kemanusiaan. Ini merupakan bentuk kepeduliaan NU terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menimpa daerah kami”, terang Kiai Nur Kholis, ketua PCNU Asmat dalam siaran pers, Senin (5/2).
Untuk mematangkan program yang akan dilaksanakan, tim NU melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat dan juga para tetua adat. Adanya pengurus NU yang juga merupakan sesepuh adat membuat tim menjadi lebih mudah untuk berkomunikasi degan warga.
Leo Rahmatulloh Piripas ketua BAMUSKAM (Badan Musyawarah Kampung) kampung Syuru menuturkan bahwa masyarakat Asmat masih banyak yang tidak mengerti Bahasa Indonesia sehingga komunikasi menjadi kendala.
Sosok Leo sangat membantu proses pematangan program kami, beliau memfasilitasi tim NU peduli kemanusiaan untuk datang ke Jew (rumah adat). Di Jew para sesepuh adat melaksanakan rapat dan hasilnya mengizinkan kepada tim untuk menjalankan program”, kata M. Wahib ketua tim NU peduli kemanusiaan.
Adapun program yang akan dilaksanakan menurut dr. Makky Zamzami adalah fokus pada penambahan nutrisi anak-anak. “Untuk menambah nutrisi anak-anak akan kami berikan vitamin, susu dan biskuit. Program ini akan dilakukan secara berkala dan melibatkan para tokoh masyarakat, tokoh adat dan pengurus NU setempat untuk menjalankan dan melakukan pendampingan program, serta dlakukan monitoring untuk melihat perkembangan gizi anak," kata dia.