REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa falaj mampu menghasilkan aliran 1.515 liter per menit atau 400 galon air. Namun, kebanyakan hanya mampu menghasilkan 110 liter per menit atau 30 galon air.
Sayangnya, justru ketika sangat dibutuhkan di musim kemarau, air yang dihasilkan biasanya hanya tinggal tetesan. Sebaliknya, karena falaj selalu mengalir banyak air yang terbuang pada waktu lain.
Di desa, air didistribusikan melalui saluran terbuka bagi pengguna. Distribusi dilakukan berdasarkan kemurnian air dan kebutuhan pengguna. Tempat di mana air didistribusikan biasanya dekat Masjid.
Tempat di mana air layak minum diambil akan ditandai. Kemudian, ditutup dengan atap dan dinding untuk mencegah tercemar air minum hewan dan air cucian.
Air didistribusikan sesuai dengan prioritas, yakni air minum dan keperluan rumah tangga. Selanjutnya, air untuk mandi bagi laki-laki dan perempuan. Lalu, air untuk mencuci pakaian dan peralatan dapur. Terakhir, air untuk pertanian. Pohon kurma mendapat prioritas pertama kemudian sayuran.
Untuk memastikan semua berjalan sebagaimana mestinya, warga desa mempekerjakan seorang penjaga falaj penuh waktu. Ia bertindak sebagai manajer, sekretaris, dan ia juga memegang daftar warga pengguna falaj. Ia juga bertanggung jawab mengurus perbaikan dan pemeliharaan.
Falaj adalah salah satu warisan besar dari orang-orang Arab kepada Spanyol. Sistem irigasi ini memungkinkan pertanian dan kehidupan perkotaan hidup berdampingan di tempat yang kering.
Sebuah sumber bahkan menyebutkan 'Madrid' sebenarnya berasal dari kata Spanyol-Arab yang berarti 'Falaj'. Sistem ini dibawa pemukim Andalusia ke Amerika Selatan. Sampai saat ini kita masih bisa melihat falaj di Cile dan Meksiko yang identik dengan falaj di Oman.
(Baca: Peran Penting Konstruksi Falaj)