REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai macam lembaga filantropi Islam yang didukung oleh dana umat tengah melakukan aksi kemanusiaan di Kabupaten Asmat yang warganya dilanda gizik buruk hingga menyebabkan puluhan anak meninggal dunia. Berbagai macam bantuan diarahkan ke daerah pelosok yang ada di Papua tersebut.
Salah satu lembaga filantropi yang akan kembali mengirimkan bantuan ke Asmat adalah Aksi cepat tanggap (ACT). Lembaga kemanusiaan ini akan memberangkatkan kapal kemanusiaan menuju Papua dengan membawa 100 ton beras serta sejumlah kebutuhan pangan lainnya guna mencukupi gizi masyarakat yang dilanda kejadian luar biasa (KLB) tersebut.
Kapal kemanusiaan rencananya akan diberangkatkan dari pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan pada Ahad (4/2) depan dari Merauke ke Kota Agats, salah satu wilayah pemekaran baru dari Kabupaten Asmat. Selain itu, ACT juga akan mengirimkan 100 relawan medis ke wilayah Indonesia Timur ini.
Presiden Aksi cepat tanggap (ACT), Ahyudin mengatakan, penyebab utama dari munculnya gizi buruk di Asmat adalah kemiskinan. Karena itu, menurut dia, pemerintah ataupun lembaga filantropi harus memperhatikan warga Asmat secara serius. Dengan adanya bencana kemanusiaan ini, kata dia, bisa menjadi ajang untuk berlomba-belomba dalam kebaikan atau fastabiqul khoirot.
"Ini menjadi ajang untuk berlomba-lomba dalam kebaikan untuk urusan kemanusian," ujar Ahyudin saat konferensi pers di Kantor ACT, Menara 165, Jakarta Selatan, Kamis (1/2).
ACT tidak akan hanya memberikan bantuan yang sifatnya emergency, tapi juga akan melaksanakan program-program jangka panjang untuk memulihkan persoalan gizi buruk tersebut. Namun, hal ini tentu membutuhkan dukungan umat untuk melakukan gotong royong nasional.
"Urusan kemanusiaan harus disikapi yang lebih serius, ACT akan memberangkan kapal kemanusiaan itu, seperti halnya yang sudah dilakukan ke Palestina, Suriah, dan Somalia," ucapnya.
Ahyudin mengatakan, sangat kemungkinan kejadian di Asmat tersebut juga terjadi di wilayah-wilayah lain di Papua. Karena itu, peristiwa ini juga harus menjadi momentum untuk mengembalikan rasa nasionalisme dan menjadi bangsa yang memiliki kepedulian tinggi.
Ahyudin sekali lagi mengajak kepada seluruh elemen bangsa untuk melihat persoalan kemiskinan dan tragedi Asmat ini secara lebih serius. Apalagi, hingga saat ini sudah ada 71 anak yang meninggal akibat campak dan gizi buruk di Asmat.
"Tragedi Asmat saya kita jadi memontum besar. Hal serupa Asmat ini sangat mungkin terjadi di berbagai tempat. Hanya saja karena kehebohan politik lah, kehebohan elit yang luar biasa, cerita tentang rakyat ini tidak banyak dipublis," kata Ahyudin.