Sabtu 27 Jan 2018 05:00 WIB

Menawarkan Diri kepada Lelaki Saleh

Perempuan diasumsikan menjadi bunga yang menunggu datangnya kumbang.

Rep: A Syalabi Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Muslimah (ilustrasi)
Foto: Prayogi/Republika
Muslimah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Di Balik Nama Besar Ibn 'Arabi Syaikhah Nunah Fatimah binti Ibn al-Mutsanna Rasa malu seakan menjadi dominasi kaum perempuan. Termasuk dalam menjajaki hubungan pernikahan dengan lelaki. Perempuan diasumsikan menjadi bunga yang menunggu datangnya kumbang.

Dengan kata lain, perempuan menjadi pihak yang pasif, sementara lelaki seharusnya yang aktif. Hanya, rupanya tidak demikian dalam ajaran Islam. Perempuan tak selalu menjadi pihak yang pasif meski dia pasti sebagai pihak yang akan dikhitbah.

Syekh Utsmaini menukil salah satu hadis shahih yang berasal dari Tsabit Al-Bunnani. Dia pernah berkata," Aku pernah berada di tem pat Anas yang sedang bersama anak wa nita. Anas berkata, "Ada seorang wanita datang kepada Rasulullah SAW lalu menawarkan diri kepada beliau. Perempuan itu ber kata, "Wahai Rasulullah, apakah engkau berhasrat kepadaku?"

Anak wanita Anas itu pun berkomentar, "Alangkah sedikitnya rasa malu wanita itu! Aku malu, aku malu." Anas berkata, "Wanita itu lebih baik daripada kamu karena ia sangat suka menjadi istri Nabi SAW sehingga ia menghibahkan dirinya kepada beliau.

Syekh Utsmaini pun menjelaskan syarah hadis tersebut, yakni pengakuan Anas merupakan bukti dari keistimewaan dan keagungan wanita itu. Karena ia berani menawarkan dirinya kepada Rasulullah SAW dan Allah tidak malu akan suatu kebaikan.

Namun, kebanyakan wanita tidak akan berani dan malu melakukan itu. Apalagi, ia seorang wanita menawarkan dirinya kepada laki-laki yang saleh. Baik secara langsung maupun dengan perantara.

Syekh Utsmaini mengungkapkan, rasa malu adalah cabang dari keimanan. Dalam kasus tersebut, Anas RA menjelaskan perbuatan di atas bukan termasuk hal memalukan. Perbuatan itu bahkan termasuk keistimewaan karena Allah sendiri tidak malu melakukan sesuatu yang benar.

Pada suatu hari, seorang perempuan bertanya kepada Rasulullah SAW, "Apakah seorang wanita wajib mandi besar jika bermimpi mengeluarkan sperma?" Sungguh Allah tidak malu akan suatu kebenaran.

Menurut Syekh Utsmaini, memiliki rasa malu pada tempat semestinya sangat terpuji. Sebaliknya, rasa malu yang ditunjukkan di tempat yang tidak semestinya menunjukkan pemiliknya seorang penakut. Dia mengata kan, suatu pepatah mengatakan, "Jangan malu dalam masalah agama." Pepatah ini benar dengan melihat bahwa Allah tidak malu atas suatu kebenaran.

Meski demikian, sulit mencari lelaki saleh pada zaman sekarang. Apalagi jika yang diban dingkan adalah Rasulullah SAW seperti yang ditukil dalam hadis tersebut. Karena itu, Imam Al Ghazali menulis dalam al Ihya Ulumuddin agar wali perempuan menilai dengan saksama sifat-sifat yang disandang calon suami. Si wali itu hendaknya memilihkan yang terbaik untuk putrinya. Jangan sekali-kali mengawinkannya dengan seorang lelaki yang buruk rupanya atau perilakunya atau lemah agamanya.

Rasulullah pernah bersabda, ikatan per nikahan nyaris seperti ikatan perbudakan. Maka, hendaklah seseorang dari kamu berhathati di tempat manakah dia akan meletakkan anak perempuan kesayangannya itu. Kewas padaan dan sikap hati-hati bahkan lebih pen ting berkenaan dengan anak perempuan se bab dialah yang akan menjadi seperti budak dengan adanya ikatan perkawinan itu. Wallahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement