REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sevilla Mosque Foundation atau Yayasan Masjid Seville kembali berkunjung ke Indonesia untuk kampanye penggalangan donasi pembangunan masjid di Sevilla, wilayah Andalusia, Spanyol. Kedatangannya sekaligus meminta dukungan dari Bangsa Indonesia khususnya umat Islam.
Saat ini, dana yang baru terkumpul dana sebesar 1.243.307 euro padahal dana yang dibutuhkan mencapai 17 juta euro. Menanggapi bantuan tersebut, lembaga kemanusian Aksi Cepat Tanggap (ACT) siap mengulurkan tangan untuk pembangunan Islamic Center di Sevilla.
Vice President Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ibnu Khajar mengatakan pihaknya bersedia memberikan bantuan pembangunan masjid tersebut. Bahkan, sebagai lembaga filantropi sudah mengalokasi anggaran dari program kepedulian khususnya mancanegara.
"Secara fisik kami mendukung kepedulian mancanegara semacam ini, bahkan setiap lembaga filantropi pasti punya anggaran khusus untuk Masjid Seville itu atau program mancanegara," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Jakarta, Jumat (26/1).
Menurutnya, saat ini ACT telah menginformasi kepada masyarakat bantuan terhadap pembangunan Masjid Seville melalui media sosial. Tak hanya itu, ACT juga menyuarakan dukungan masyarakat Indonesia terhadap Masjid Seville.
"Kita sudah lakukan penggalangan dana juga melalui media sosial, kampanye terus kami lakukan melalui media sosial. Kami terbantu karena followers (pengikut) media sosial kami salah satu terbesar di Indonesia jadi memudahkan dukungan supaya optimalkan juga. Kami juga mengampanyekan dukungan terhadap Masjid Seville melalui event-event yang sering kami lakukan," ungkapnya.
Ia menambahkan, bantuan terhadap pembangunan masjid tersebut sekaligus bisa memotivasi kepedulian terhadap umat Islam. Untuk itu, ia meminta masyarakat Indonesia bisa bergerak secara ikhlas membantu merealisasikan masjid pertama di Sevilla itu.
"Kampanye membangun masjid ini bisa mengedukasi masyarakat tentang kepedulian sesama. Apalagi akan menjadi Islamic Center, menyampaikan kedermawan sesama manusia juga," jelasnya.
Sebelumnya, Secretary General of Islamic Centre Sevilla, Ibrahim Hernandez mengatakan, dialog antaragama di Spanyol cukup bagus walaupun mayoritas penduduk Spanyol beragama Katolik. Umat Islam juga cukup eksis walau menjadi minoritas di Spanyol.
"Khususnya di Andalusia yang dulunya negeri berpenduduk mayoritas Islam dan masih meninggalkan sisa peradaban Islam," kata Ibrahim kepada Republika.co.id, di Kantor Sekretariat Negara, Jakarta, Kamis (25/1).
Dia menerangkan, Granada dan Alhambra yang sekarang menjadi tujuan wisata adalah sisa peradaban Islam di Andalusia. Dia berharap, akan ada kerja sama yang erat antara umat Islam Indonesia dan Spanyol khususnya di Sevilla.