Ahad 21 Jan 2018 11:57 WIB

Ulama: Tingginya Perceraian Disebabkan Kerusakan Akhlak

Perceraian bukan terjadi karena faktor ekonomi, tapi lebih pada kebebasan pergaulan.

Rep: Novita Intan/ Red: Agus Yulianto
Perceraian adalah hal yang sangat dibenci oleh Allah.
Foto: NET/ca
Perceraian adalah hal yang sangat dibenci oleh Allah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) mencatat dalam dua terakhir ini angka perceraian dan kekerasan rumah tangga di Indonesia terus mengalami peningkatan. Tentu hal ini menjadi keprihatian bagi pemerintah Indonesia.

Melihat kondisi tersebut, Cendikiawan Muslim Didin Hafiduddin menilai, tinggi perceraian tersebut dikarenakan sudah rusaknya akhlak seseorang. "Perceraian itu kan dampaknya, masalahnya kurang kokohnya agama dalam berumah tangga dan rusaknya akhlak pasangan tersebut," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Jakarta, Ahad (21/1).

Menurutnya, di jaman sekarang ini justru perceraian terjadi dari kalangan pasangan muda. Hal ini terjadi karena sibuknya aktivitas mereka.

"Saya melihat perceraian terjadi pasangan muda, misal mereka kerja saat jam makan siang, jalan bersama yang bukan muhrimnya, itu berlangsung setiap hari, bisa jadi memunculkan perceraian," ungkapnya.

Dikatakan Didin, saat ini, perceraian bukan terjadi karena faktor ekonomi. Bahkan, keluarga muda yang sudah mapan rentan mengalami perceraian.

"Sekarang faktor ekonomi sudah jarang, lebih pada kebebasan dalam pergaulan sehingga menghancurkan kokohnya agama dalam berumah tangga," ucapnya.

Untuk itu, Didin meminta, pemerintah seperti Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Majelis Ulama Indonesia bisa kompak membahas perceraian di Indonesia. Setidaknya, diberikan edukasi dan sosialisasi secara tepat.

"Jangan hanya prihatin, semua bisa prihatin, ketiga lembaga ini harus ada upaya kongkrit menyelesaikannya," ungkapnya.

Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menilai tingginya akan perceraian tersebut dikarenakan kurangnya perhatian dari pemerintah. "Tingginya angka perceraian dan kekerasan rumah tangga itu terjadi salah satunya disebabkan oleh kurangnya perhatian dari pemerintah terkait pendidikan sistematis dan terstruktur kepada pemuda-pemudi dalam berumah tangga," ujar Lukman dikutip dari laman resmi Kemenag, Ahad (21/1).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement