REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laman www.everyculterer.com menyebut, toleransi antarumat beragama di Niger sangat tinggi. Tak se dikit ajaran Islam yang mempengaruhi dan memodifikasi kebudayaan lokal. Kosmologi lokal dan ritual yang dilakukan sebagian masyarakat, mi salnya, mengandung nilai-nilai Islam sekaligus nilai-nilai yang berasal dari masa sebelum Islam masuk ke Niger.
Dalam sejarahnya, para ulama di Niger biasa memadukan kemampuan dan keterampilan individu dalam mempraktikkan ibadah keagamaan. Hal ini terutama terjadi di daerah pedesaan. Mereka mengambil bagian penting dalam kegiatan yang berkait an dengan ibadah, seperti pemotong an hewan kurban, pernikahan, dan prosesi pemakaman.
Islam juga memengaruhi kepercayaan dan aktivitas masyarakat yang terkait dengan kematian. Sesuai ajar an Islam, sebelum dimakamkan, jenazah dimandikan, dishalatkan, dan dibungkus kain kafan. Kemudian, di usung ke pemakaman oleh sejumlah pria dibarengi lantunan ayat-ayat suci Alquran.
Dalam tradisi masyarakat setempat, kaum wanita diharuskan tetap di rumah saat prosesi pemakaman ber langsung. Meski demikian, kaum perempuan terlibat aktif dalam proses penyiapan jenazah sebelum dimakam kan. Dalam rangka berkabung, warga sekitar dan kerabat berkumpul mela kukan pengajian selama seminggu setelah meninggalnya seseorang. Ke giatan pengajian ini diulang kembali dengan selang waktu yang bervariasi. Saat berkumpul ini, tokoh agama setempat memberikan tausiah kepada para tamu yang datang.
Sebelum Islam masuk ke negeri mungil ini, masyarakat setempat rupanya telah meyakini adanya kehidupan setelah kematian. Mereka pun percaya bahwa amal-amal kebaikan dan kejahatan mereka dicatat oleh malaikat dan hasil dari catatan amal itulah yang akan mengantarkan seseorang ke surga atau neraka. Jika di cermati, keyakinan ini cukup sejalan dengan ajaran Islam, bukan? Karena itulah, Islam mudah diterima ketika masuk ke negeri ini dan terus mewarnai denyut nadi kehidupan rakyat Niger hingga saat ini.