Jumat 12 Jan 2018 19:30 WIB

Rahasia Angin Muson

Angin dan awan (ilustrasi)
Foto: photo.m-j-s.net
Angin dan awan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak 3.000 tahun sebelum Masehi, kapal-kapal dari India sudah melayari Teluk Persia dengan memanfaatkan arus laut dan angin muson di Laut Arab. Dengan teknologi kapal saat itu, melintasi Teluk Persia adalah perjalanan yang berbahaya karena arus bisa tibatiba berubah. Sementara itu, Mesir sudah bisa menguasai arus di Laut Merah hingga membuat mereka mampu berlayar sampai ke Punt, tempat yang saat itu dikenal eksotik yang diperkirakan adalah wilayah Tanduk Afrika (Somalia) pada masa dinasti ke-5 (2544-2407 SM) dan dinasti ke-18 (1486-1468 SM).

Wilayah Teluk Persia sejak dahulu mendapat pengaruh yang besar dari peradaban Mesopotamia, kemudian Persia. Lewat perairan itulah, Mesopotamia dan Persia memperoleh kebutuhan kayu yang dikirim dari India bersama dengan gading gajah, lapis lazuli, dan emas.

Dengan terbentuknya Dinasti Parthia yang membentang dari Mesopotamia sampai Sungai Indus di India pada 330 SM sampai 240 SM maka bangsa Romawi yang merasa tersaingi oleh kerajaan yang meneruskan kekuasaan Dinasti Seleucid Yunani-Makedonia bentukan Alexander Agung itu. Setelah jalur sutra dari Asia Timur menuju Suriah dan juga kawasan pantai timur Mediterania dikuasai Seleucid, Romawi mencari rute alternatif komoditas dari India dengan melewati Laut Merah.

Romawi mencoba berdagang melalui orang Etiopia yang bertindak sebagai broker dengan pedagang India. Namun, hal itu sulit terwujud karena kapal-kapal Parthia selalu menjaga setiap tempat berlabuhnya kapalkapal dari India.

Pada abad ke-2 SM, para pelaut Mediterania telah mencoba untuk melintasi Samudra Hindia dari pantai-pantai selatan Semenanjung Arabia untuk menuju India. Perjalanan pelaut Romawi Cyzius berhasil mencapai India dengan bantuan angin muson antara 117 SM dan 109 SM dengan menyisiri pantai Pakistan.

Menurut catatan Periplus, pelaut pertama yang berhasil mencapai India langsung lewat lautan terbuka tanpa mendekati pesisir adalah pelaut Yunani bernama Hippalus sekitar 60 M. Kapal Hippalus didorong angin kencang dari Yaman sampai menuju barat daya India dan enam bulan kemudian dia bisa kembali pulang. Itulah pelajaran yang didapat para pelaut Mediterania tentang manfaat angin muson tenggara Samudra Hindia.

Sebelum itu, rahasia angin muson tenggara ini disimpan rapat-rapat para pelaut Arab dan India dari rekan-rekan mereka di Romawi, Yunani, dan Mesir. Dengan temuan ini, kapal Romawi dapat meninggalkan Pelabuhan Alexandria pada Juli dan sampai di India pada September dengan perhentian di Aden untuk menunggu datangnya angin muson tenggara. Setelah sampai di India, kapal menunggu selama dua bulan akan datangnya angin musim muson utara-timur yang akan membawa mereka kembali pulang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement