Jumat 12 Jan 2018 15:40 WIB

Pesan Kebangsaan dan Keumatan Sang Pakar Tafsir

Pusat Studi Alquran (PSQ) Jakarta mengadakan kunjungan ilmiah sekaligus silaturahim ke sejumlah pesantren besar dan berpengaruh di Cirebon, akhir pekan lalu, 8-9 Januari. Kunjungan yang langsung dipimpin oleh Pendiri PSQ, M Quraish Shihab itu, berlangsung di tiga pesantren.
Foto: Istimewa
Pusat Studi Alquran (PSQ) Jakarta mengadakan kunjungan ilmiah sekaligus silaturahim ke sejumlah pesantren besar dan berpengaruh di Cirebon, akhir pekan lalu, 8-9 Januari. Kunjungan yang langsung dipimpin oleh Pendiri PSQ, M Quraish Shihab itu, berlangsung di tiga pesantren.

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Nashih Nasrullah

Pusat Studi Alquran (PSQ) Jakarta mengadakan kunjungan ilmiah sekaligus silaturahim ke sejumlah pesantren besar dan berpengaruh di Cirebon, akhir pekan lalu, 8-9 Januari. Kunjungan yang langsung dipimpin oleh Pendiri PSQ, M Quraish Shihab itu, berlangsung di tiga pesantren.

Ketiga pesantren tersebut yaitu Pesantren Darul Quran, Arjawinangun, pimpinan Dr KH Ahsin Sakho Muhammad, Pesantren Buntet asuhan KH Nahduddin Abbas, dan Pesantren Kempek di bawah pimpinan KH Ja’far Shodiq Aqiel Siroj.

Kunjungan selain dimaksudkan untuk memperkuat tali silaturahim dan persahabatan dengan pengasuh dan santri pesantren, juga untuk membincangkan persoalan-persoalan keislaman, keumatan, dan kebangsaan.

 

Ketika berada di hadapan ratusan santri dan guru Pesantren Buntet, Quraish yang merupakan jebolan Universitas al-Azhar, Kairo Mesir itu menekankan pentingnya kecintaan terhadap tanah air,

Cinta kepada tumpah darah dan Tanah Air adalah naluri setiap orang. Orang yang tidak cinta Tanah Air itu adalah orang yang sakit.

Dia pun menyebutkan pepatah yaitu “lebih baik hujan batu di negeri sendiri daripada emas di negeri orang” sedikit banyak menggambarkan hal itu. Di Barat juga dikenal ungkapan right or wrong is my country.

Rasulullah, lanjut Quraish, adalah orang yang mencintai tanah kelahirannya. Rasul mencintai Makkah yang merupakan tanah kelahirannya. Beberapa saat sebelum berhijrah ke Madinah, Rasul menuturkan, “Demi Allah. Sungguh engkau (Makkah) adalah bumi Allah yang paling baik dan paling aku cintai, kalau bukan karena orang-orang kafir mengusirku, aku (Rasulullah) tidak akan meninggalkanmu (Makkah). (HR Ibnu Majah).

Quraish Shihab mengingatkan hadirin betapa semangat keagamaan telah mewarnai dan menjiwai pemikiran dan sikap para pendiri bangsa Indonesia dalam merumuskan dasar-dasar kehidupan berbangsa di Indonesia.

“Saya hampir yakin bahwa pendiri bangsa kita mendapat ilham dari Allah ketika merumuskan Pancasila sebagai dasar negara,” ungkapnya sembari mengemukakan bahwa dalam Pancasila terkandung nilai-nilai keagamaan, kemanusiaan, dan kebangsaan.

 Sementara saat berbicara di depan para santri Pesantren Kempek dengan kegiatan bertajuk “Ngaji Bareng M Quraish Shihab”, Quraish menggarisbawahi pentingnya mendalami bahasa Arab. Pesantren KHAS Kempek dikenal sebagai pesantren yang memberi penekanan khusus dalam bahasa Arab, terutama nahwu, sharaf, dan Alquran.

 Quraish pun mengungkapkan kaitan erat bahasa Arab sebagai bahasa Alquran dan nalar pikiran. “Bahasa Arab itu sangat rasional,” kata dia. Orang yang ingin memahami Alquran harus menguasai bahasa Arab, dan orang yang mengerti bahasa Arab adalah orang yang rasional.

Quraish berpesan bahwa dalam mengartikan dan memahami Alquran dengan baik, perlu menggunakan akal dalam memahami konteks tempat dan budaya di mana umattinggal.

“Menggunakan akal orang Eropa dalam menerapkan agama kita di Indonesia, boleh jadi kita akan salah,” kata dia.  

Dia menjelaskan ada konteks budaya setempat di Indonesia yang perlu dipertimbangkan dalam keberagamaan. Itulah sebabnya, banyak sekali ayat Alquran yang menggunakan kata ma’ruf ketika menyuruh berbuat kebaikan.

Ma’ruf, menurut Quraish, adalah sesuatu yang sudah dikenal dan berada pada suatu masyarakat, dinilai oleh masyarakat itu sebagai sesuatu yang baik, dan tidak bertentangan dengan nash ajaran agama.

Dengan kata lain, kata dia, Alquran juga memandang kebiasan dan budaya sebagai sesuatu yang patut dipertimbangkan. Itulah sebabnya, ulama-ulama mengatakan “al-‘adah muhakkamah” (kebiasaan yang baik dapat menjadi pertimbangan hukum).

 Pengasuh Pesantren  Buntet KH Adib Rofiuddin Izza menyampaikan kegembiraannya atas silaturahim pakar tafsir Alquran tersebut. Dia berharap, Indonesia banyak belajar dari ketekunan, kerendahhatian, dan kepakaran Quraish di bidang tafsir Alquran. Ini penting di tengah merebaknya pemahaman Alquran yang cenderung ke arah ekstrem kanan dan ekstrem kiri. “Saya rasa kunjungan ini akan dicatat sejarah sebagai teladan jejaring ulama Nusantara era sekarang,” tutur dia.  

Sebelumnya, pada pengujung 2016, Quraish dan segenap jajaran PSQ mengadakan kunjungan silaturahim serupa di Rembang dan Jombang dengan sejumlah tokoh umat Islam, antara lain dengan KH Mustafa Bisri, KH Maemoen Zubair, dan lain-lain.

     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement