Kamis 11 Jan 2018 16:15 WIB

Pesona Mashrabiya

Rep: c11/ Red: Agung Sasongko
Bentuk mashrabiya.
Foto: Totemcity.com
Bentuk mashrabiya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mashrabiya adalah pesona. Mata dunia Barat tertuju padanya. Terbuat dari kayu dengan pahatan sempurna, mashrabiya tak ubahnya cadar sutera. Keberadaannya seolah simbol legenda misteri dunia Timur Tengah. Benda ini ada hampir di seluruh Arab bagian timur, menutupi eksterior rumah-rumah penduduk. Mashrabiya membungkus gawang jendela, menciptakan tirai antara interior rumah dan dunia luar.

Kata ‘mashrabiya’ berasal dari akar bahasa Arab yang berarti tempat untuk minum. Kata ini beradaptasi untuk mengakomodasi fungsi pertama dari layar tersebut, yaitu untuk mendinginkan air minum. Pot tanah liat berisi air yang disimpan dalam mashrabiya akan menjadi dingin. Pada permukaan pot ada titik-titik air. Hal ini disebabkan oleh kisi mashrabiya yang tertutup dan terbuka menyediakan aliran udara yang cenderung tetap. Layar berukuran kecil menyediakan tempat yang cukup luas untuk dua atau tiga pot air.

Didesain secara cerdas, alat ini tidak hanya meredam cahaya matahari padang pasir yang cukup kuat, tapi juga mendinginkan rumah, air, dan juga para penghuni rumah di tanah India sampai Spanyol. Di negara-negara tersebut, pada waktu-waktu tertentu masyarakat berlindung dari matahari seperti orang berlindung dari hujan.

Selanjutnya, mashrabiya berkembang menjadi fitur arsitektur yang praktis dan cukup disukai. Hal ini dibuktikan dengan digunakannya mashrabiya selama berabad-abad sebagai jendela, gorden, pendingin udara atau kulkas, atau sekadar layar pem batas ruangan untuk memisahkan ruang privat dan publik atau ruangan khusus pria dan wanita.

Keberadaan mashrabiya tidak bisa lepas dari privasi, hal yang sangat pen ting, terutama bagi perempuan Timur Tengah. Hal ini semakin menaikkan nilai keeksotisan mashrabiya. Sehingga, pembatas kayu ini juga sering dihubungkan dengan adanya harem tersembunyi.

“Memisahkan dunia luar dan da lam rumah, ruang publik dan ruang privat, bermain dengan cahaya, menciptakan bayangan yang elok, bermain dengan suasana yang memungkinkan penghuni rumah melihat dunia luar tanpa terlihat dari luar, sehingga menciptakan suasana keintiman,” tutur seniman perempuan Aljazair Samta Benyahia kepada majalah arsitektur Universe in Universe.

Di Mesir, terutama Kairo, mashrabiya mulai digunakan pada abad ke-14 M dan mengalami evolusi. Di tangan para pengrajin, kayu yang diimpor dari Lebanon dan Asia Minor diolah menjadi layar yang cantik penuh pahatan. Layar tersebut mengelilingi balkon untuk mendinginkan orang, layaknya pot air.

Terobosan selanjutnya, mereka mencocokkannya dengan tempat tidur dan bantal sesuai panjang dan lebar mashrabiya. Tempat itu menjadi nyaman sehingga penduduk bisa tidurtiduran dengan suasana privat sambil melihat suasana jalan atau lapangan yang ramai di bawah rumahnya. Mereka tidak terdengar dan terlihat dari dunia luar. Karena mahal, fitur ini hanya ditemukan di tempat tertentu, seperti istana dan rumah-rumah saudagar, sebagai simbol kesuksesan.

Selama lebih dari seabad, keahlian tersebut terus diasah. Hasilnya, mereka mengetahui bahwa pada musim panas dengan intensitas matahari yang tinggi, kayu sebaik apa pun akan menyusut, melengkung, dan pecah akibat terpapar cahaya matahari dan udara panas. Mereka juga mengetahui bahwa kayu-kayu kecil yang disambungkan tanpa lem atau paku bisa memperluas atau mempersempit ruang, menyesuaikan keinginan pemilik.

Proses ini hasilnya tidak mengecewakan atau menyusahkan perakitan mashrabiya. Pada masa Mesir Koptik, begitulah kayu digunakan. Dan, teknik ini cocok untuk mashrabiya. Layar yang dipahat bisa dibagi menjadi lebih kecil. Setiap kayu yang terkadang disusun dalam ukuran besar ternyata bisa saling menguatkan tanpa penggunaan paku.

Dengan teknik yang makin sempurna, sekitar 200 kayu bisa membentuk mashrabiya yang indah dengan luas hampir sehalaman. Setiap potongan dibentuk dan dihaluskan dengan tangan, kemudian disusun seperti kumpulan benang dan titik yang saling bersilangan dengan banyak pola.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement