Rabu 10 Jan 2018 15:48 WIB

Anak di India Di-Bully karena Ia Muslim

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Agus Yulianto
Muslim India (ilustrasi)
Foto: EPA/Farooq Khan
Muslim India (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Seorang penulis perempuan di India menyoroti aksi bullying pada anak-anak Muslim dan menuangkannya dalam sebuah buku. Dilansir laman Scroll.in, Nazia Erum menyampaikan, terlalu banyak kasus anak-anak dihina karena ia lahir di keluarga Islam.

Satu kisah menceritakan tetangganya Arifa yang punya dua anak laki-laki. Kurator seni ini menyekolahkan anak bungsunya di Sekolah Internasional Lotus Valley di Noida. Saat terjadi serangan oleh kelompok mengaku Islam di India, putra Arifa juga mendapat serangan di sekolah.

Murid lain dan bahkan gurunya mengucilkan si anak 10 tahun ini. "Apa yang sudah kau lakukan, Saad?" kata teman-temannya. Menurut Arifa, ketegangan seperti ini baru terasa setelah kampanye pemilihan umum nasional tahun 2014.

"Orang-orang dengan frontal menyuarakan ketidaksukaan tentang Muslim, ini ditiru anak-anak mereka di sekolah," kata dia. Bully pun benar-benar ada dan berbeda dari jaman dulu.

Dulu, ketika melakukan hal bodoh, anak-anak biasanya menyebut kau dungu atau bodoh. Sekarang, jika seorang Muslim yang di-bully maka anak-anak lain akan membawa latar belakang mereka. "Dasar orang Baghdad, atau orang Bangladesh, orang Pakistan, bahkan dasar teroris," katanya.

Lima tahun lalu, bully seperti ini sangat jarang terjadi dan menjadi sesuatu yang tabu. Namun sekarang, orang-orang bahkan menggunakannya sebagai rumor sehari-hari. Seorang Muslim dengan mudah disebut penyebar teror.

Pada saat yang sama, sentimen anti-Islam dari kelompok sayap kanan Hindu semakin meningkat. Mereka menyebut Muslim adalah penyerbu, anti-nasionalisme, dan mengancam keamanan nasional.

Paham-paham ini kemudian menyebar melalui pemilu. "Dari pengamatan saya, paham tersebut kemudian diturunkan baik secara langsung atau tidak kepada anak-anak di seluruh negeri," kata Erum.

Satu waktu, Arifa mendapati putra sulungnya yang berusia 17 tahun berkelahi karena disebut teroris. Arifa membawa permasalahan ini pada pihak sekolah. Ia tersinggung pada tuduhan itu.

"Tapi tidak ada aksi apa-apa, mereka hanya mengatakan akan bicara pada orang tua siswa lain," katanya. Seiring dengan waktu, komunitas Muslim belajar untuk membiarkan anjing menggonggong dan mereka akan berlalu.

Menurutnya, tidak perlu lagi menanggapi bully tersebut karena situasi politik saat ini sedang panas. Ia mengajari anaknya untuk tahu pasti dimana posisi mereka.

Kisah bully lain dialami Maaz yang masih berusia tujuh tahun. Anak ini bersekolah di Delhi Public School. Orang tuanya beda agama namun ia punya nama keluarga Muslim.

Ia sering disebut teroris dan tidak ada yang mau main dengannya. "Mereka sibuk main bersama dan tidak mengajak saya," kata Maaz. Zareen Siddique juga punya putri bernama Samaira yang dipukul di sekolah karena ia Muslim.

Seorang anak tiba-tiba mendatanginya dan bertanya apakah ia Muslim. Ketika dijawab iya, si anak pun dipukul. "Saya benci Muslim," katanya. Perlu berhari-hari bagi Samaira untuk bicara yang sebenarnya.

Kisah-kisah lainnya tercatat apik di buku Erum yang berjudul 'Mothering a Muslim' ini. Ia menghabiskan waktu selama dua tahun untuk mewawancarai 148 keluarga Muslim di seluruh India.

Dilansir Indian Express, buku ini menyajikan temuan, cerita, dan narasi langsung dari korban yang masih anak-anak. Erum mengatakan, apa yang terjadi sebenarnya mengerikan.

"Ada anak enam tahun yang berani memukul teman seusianya karena ia berbeda komunitas, apa sebenarnya yang ia dengar di rumah?" katanya. Erum menegaskan bahwa orang tua harus menganggap ini masalah serius karena kebencian tidak boleh jadi milik anak-anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement