Jumat 05 Jan 2018 19:30 WIB

Di Mana Letak Sijistan atau Sistan?

Rep: c15/ Red: Agung Sasongko
Sijistan di era Sasanid
Foto: Wikipedia
Sijistan di era Sasanid

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA  -- Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Bakrah berkata: "Abu Bakrah menulis surat untuk anaknya yang berada di Sajistan: 'Jangan kamu memberi keputusan untuk dua orang yang sedang bertikai, sementara kamu sedang marah. Karena aku pernah mendengar Rasullah SAW bersabda: 'Jangalah seseorang mengadili dua orang yang bertikai sementara ia dalam keadaan marah.'" (HR Bukhari).

Dalam hadis tentang "Perkara yang Dibenci Ketika Seorang Hakim Mengambil Keputusan'' tersebut di atas tercantum nama "Sajistan''. Menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas Hadith Al-Nabawi, Sajistan adalah sebuah daerah yang beribu kota Zaranj. "Letaknya di selatan Kota Herat (Afghanistan),'' ujar pakar hadis itu.

Sajistan adalah nama sebuah wilayah dan kota yang hilang. Sajistan juga dikenal dengan nama Sijistan. Jika Anda menelusuri nama tempat yang disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari di atas, bisa jadi tak akan menemukan di peta. Apa sebab?  Ternyata, Sijistan telah diganti dengan Sistan.

Secara geografis, Sajistan atau Sistan merupakan wilayah perbatasan di timur Iran, di barat daya Afghanistan, dan ujung utara dari wilayah barat daya Pakistan. Sajistan adalah wilayah yang berpasir dan mengandung garam. Menurut Dr Abu Syauqi,  sebelah utara wilayah itu adalah Khurasan. Di sebelah selatannya Makran, sedangkan di bagian timur pegunungan Sind, dan di sebelah barat gunung pasir Iran.

Sajistan atau Sakastan merupakan sebutan yang merujuk pada kawasan-kawasan tertentu di Asia Selatan,  tempat orang-orang Scythia dan Saka (dua bangsa Yunani yang berasal dari Iran) bermukim pada sekitar tahun 100 sebelum masehi (SM). Sistan merupakan bagian paling barat dari Sakastan.

Sakastan  berasal dari bahasa Persia kuno, zaranka yang berarti "tanah air" atau dzaranda dalam bahasa Pashto. Dalam puisi epik panjang berjudul Shahnameh (yang berarti "Buku Raja-Raja") karya penyair Persia, Ferdowsi, disebutkan bahwa Sistan juga mengacu pada Zabulistan. Epik yang ditulis antara 977 dan 1010 M itu menyebutkan, Zabulistan pada satu saat digambarkan sebagai kampung halaman pahlawan mitologis bernama Rostam.

Pada masa  prasejarah, Peradaban Jiroft (budaya arkeologis pada akhir milenium ke-3 SM) meliputi beberapa bagian dari Sistan dan Provinsi Kirman (salah satu provinsi di Iran modern). Area tersebut kemudian diduduki oleh suku-suku Arya yang terhubung dengan orang-orang Indo-Arya dan Iran. Akhirnya, sebuah kerajaan yang dikenal dengan nama Arachosia dibentuk, yang beberapa bagiannya diperintah oleh Kekaisaran Medean pada 600 SM.

Kekaisaran Medean lalu digulingkan oleh Kekaisaran Persia Achaemenid pada 550 SM. Kekaisaran Achaemenid juga mencaplok Kerajaan Arachosia. Pada abad 3 SM, raja Macedonia, Alexander, mencaplok kawasan tersebut selama penaklukan Kekaisaran Persia yang dipimpinnya. Setelah itu, ia membangun koloni Alexandria di Arachosia (sekarang Kandahar; kota terbesar kedua di Afghanistan).

Kekaisaran Alexander itu terpecah setelah ia meninggal dan Arachosia berada di bawah kontrol Kekaisaran Seleucid yang memperdagangkannya dengan Dinasti Mauriya di India pada 305 SM. Setelah Mauriya jatuh, wilayah tersebut jatuh ke tangan sekutu-sekutunya dari Geco-Bactria pada 180 SM, sebelum akhirnya mereka melepaskan diri dan bergabung dengan Kerajaan Indo-Yunani.

Setelah pertengahan abad ke-2 SM, beberapa dari Kerajaan Indo-Yunani itu diserbu oleh suku-suku Saka. Bangsa Saka baru terkalahkan pada 100 SM oleh Kekaisaran Arsacid yang dalam waktu singkat kehilangan wilayah tersebut, yakni sekitar 20 M (sebelum kekaisaran itu ditaklukkan oleh Kekaisaran Kusha) pada pertengahan abad pertama Masehi. Selanjutnya, Kekaisaran Kusha dikalahkan oleh Kekaisaran Sassaniyah pada pertengahan abad ke-3.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement