REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Irak masih diwarnai aneka masalah. Negara ini identik dengan kekerasan dan gejolak. Hal itu kontras dengan zaman lampau. Dahulu kala, di wilayah itu, pernah hadir sejumlah peradaban besar dengan sederet prestasi gemilang.
Para sejarawan meyakini, kawasan Irak kuno atau Mesopotamia menjadi lokasi peradaban manusia paling awal, yakni Sumeria. Empat ribu tahun silam, bangsa Sumeria telah menetap di wilayah subur sepanjang Sungai Eufrat dan Tigris.
Selama lebih 3.000 tahun, peradaban Sumeria bertahan. Kemudian, digantikan oleh bangsa Akkadia. Pada abad 18 SM, muncul peradaban Babilonia berlanjut dengan kemunculan kaum Assiria.
Dari tahun 171 SM, orang-orang Partia berkuasa di Mesopotamia. Hingga tahun 224, kerajaan Persia menaklukkan Partia dan menjadikan kawasan Irak sebagai salah satu provinsi Persia.
Era baru mengemuka saat kaum Muslimin mengambil alih dominasi di wilayah ini pada abad ke-7 M. Sejak itu, peradaban Islam memberi cahaya kegemilangan dan mencapai puncak sepanjang era kekhalifahan abad pertengahan.
Dinasti Abbasiyah menancapkan hegemoni di seluruh jazirah Arab dari pusat pemerintahan di Irak. Khalifah al Mansyur membangun ibu kota baru bernama Baghdad pada tahun 762.
Menurut penjelasan Philip K Hitti dalam buku History of the Arabs, kota itu sebenarnya adalah wilayah kuno yang pernah menjadi sebuah desa tempat tinggal kaum Sasaniyah. Baghdad berarti ‘pemberian Tuhan’.
Baghdad segera menjelma sebagai kota kosmopolitan. Ia juga menjadi kota paling berpengaruh di dunia Islam. Baghdad merupakan pula tempat lahirnya kisah petualangan legendaris yang ditulis oleh Syahrazad berjudul Seribu Satu Malam.
Kawasan Irak mencapai tingkat tertinggi dari sebuah peradaban hebat. Di samping pusat perdagangan, Irak juga menjadi episentrum politik skala internasional. Umat Islam membawa kejayaan dan kegemilangan sepanjang abad pertengahan ke wilayah itu.
Di lokasi itu, muncul aneka gagasan dan pemikiran dalam bidang sains dan pengetahuan. Kemajuan ilmu yang diprakarsai para sarjana Muslim membuka cakrawala baru bagi tumbuhnya pencapaian luar biasa di berbagai bidang yang sangat membantu kehidupan umat manusia.
Zaman keemasan Irak berlangsung semasa pemerintahan khalifah Harun al-Rasyid (786-809). Ibu kota Baghdad menjadi pusat dunia. Kemakmuran dan ketenteraman melingkupi wilayah ini.
Baghdad berhias dengan bangunan megah dan indah. Demikian pula saat al Ma’mun memegang tampuk kekuasaan, pengaruh Baghdad tidak pudar, bahkan semakin menguat.
Karena itu, sambung Philip Hitti, Baghdad pernah dijuluki Madinah al Salam atau ‘kota kedamaian’. Pencapaian di masa silam hendaknya menginspirasi masyarakat modern untuk mengukuhkan semangat serupa.