REPUBLIKA.CO.ID,BANGKALAN -- Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dapat menjadi pelopor Islam rahmatan lil 'alamin, yaitu Islam yang penuh kasih dan damai. PMII juga, memiliki tugas besar dalam menjaga kedamaian baik internal maupun antar umat beragama.
"Di era globalisasi, PMII dengan ideologi Ahlus-Sunnah wal Jama'ah, (Aswaja) atau Sunni memiliki tugas besar dalam menjaga kedamaian baik intern maupun antar umat beragama," kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dalam siaran persnya, Senin (25/12).
Khofifah melanjutkan, PMII juga sejatinya menerapkan komsep Aswaja dalam kehidupan sehari-hari. Dimana, pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, Islam, dan ihsan, yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan integratif.
"Kita tidak hanya memiliki tugas menjaga kedamaian Indonesia, tetapi tugas besar kita adalah menjaga dan memayungi dunia dengan Islam rahmatan lil 'alamin. Yaitu Islam dengan cinta kasih bagi seluruh alam," ujar Khofifah.
Khofifah yang kini juga tercatat sebagai Majelis Pembina Nasional (Mabinas) Pengurus Besar PMII mengingatkan, Gus Dur sebagai agamawan yang juga ngarawan dapat menjadi referensi dalam berbagai aspek kehidupan. Baik dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. "Pikiran-pikiran besar Gus Dur harus terus kita gali dan kita implementasikan bersama," kata Khofifah.
Khofifah kemudian menjabarkan sejumlah negara Islam yang tengah dilanda konflik. D iantaranya Pelestina, Suriah, Yaman, Mesir, Libya. Di sana, menurut Khofifah, tidak mudah ditemukan tokoh sentral yang menjadi rujukan jika ada perbedaan pendapat.
Maka, konsep Islam rahmatan lil alamin menjadi penting untuk didesiminasikan kembali sehingga berbagai perselisihan yang bisa mereduksi persaudaraan (ukhuwah) bisa dihindari. Menurutnya, PMII dapat memberikan teladan dengan saling menghargai antara sesama intern dan antar umat beragama, serta mengembangkan hidup rukun di tengah beragam perbedaan.
"Serta menjadikan perbedaan itu bukan sebagai sumber perpecahan melainkan menyadarinya sebagai keragaman, dan rahmat," ujar Khofifah.