REPUBLIKA.CO.ID, Seorang pengungsi Pakistan, Fawad Ahmed menjadi bintang kriket usai menetap di Australia pada 2010. Ia berkarya untuk menginspirasi generasi muda Muslim di negara itu.
Dilansir dari 9 News pada Ahad (24/12), Fawad Ahmed adalah korban penganiayaan agama di tanah airnya. Pun saat pertama datang ke Australia, Ahmed menghadapi masa depan tak pasti.
"Saya tidak yakin ke mana saya akan pergi, ke mana saya akan berakhir, tidak ada apa-apa di sana. Hanya gelap dan gelap," kata dia.
Dia datang tanpa uang. Pun keahliannya tak diterima di sana. Namun, seorang petinju Muslim kelas satu itu menolak pasrah dan meyerah.
"Saya menghabiskan banyak waktu memahami keseluruhan sistem, bagaimana cara berteman, bagaimana dapat pekerjaan," ujar Ahmed.
Dimulai sebagai seorang buruh, Ahmed bangkit mewakili negaranya yang baru ini dalam pertandingan internasional dan T20 pada 2013. Ahmed juga berpartisipasi dalam Tur Ashes pada 2015. Dia menjadi bintang bagi Sydney Thunder di Big Bash.
Ahmed sukses mencetak angka terbaik bagi tim pada pembuka musim kompetisi melawan Sixers. Dia bersyukur bisa memberi hasil terbaik pada negaranya. Dia pun berharap kinerja dan prestasinya menginspirasinya untuk membangun program kepemimpinan melalui Thunder.
Sebagai bagian dari program tersebut, Ahmed tinggal di sekolah dan pusat komunitas sembari menyampaikan pelajaran dari kehidupan dan agamanya. Dia mengemban misi menghilangkan stigma seputar Islam dengan menghadirkan wajah positif dari kepercayaan Muslim. Dia menggunakan kriket untuk membantu membimbing generasi muda Muslim.
Ahmed tak menampik, adanya serangan teroris membuat dunia barat menyalahkan Muslim. Ia menyayangkan dugaan utama pelaku terorisme ditujukan pada umat Islam.
"Ada 600 ribu Muslim tinggal di negara ini, kami bukan teroris yang Anda tahu, kami tidak melakukan hal buruk," ucapnya.
Ahmed mengatakan, perjuangan yang dihadapinya sebagai pengungsi telah memberinya pemahaman akut ihwal bagaimana seorang pemuda Muslim bisa menjadi radikal. Dia mengerti, kriket bisa menjadi alat ampuh membantu menyatukan orang di Australia.
"Jujur saja, di negara ini jika anda tidak dekat, jika Anda tidak saling berinteraksi, kami tidak akan menghasilkan lingkungan yang lebih baik," kata Ahmed.