Ahad 24 Dec 2017 13:52 WIB

Ummu Sinan, Perempuan Pemberani dari Kabilah Aslam

Ilustrasi Dakwah Muslimah. (Republika/ Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Dakwah Muslimah. (Republika/ Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Reja Irfa Widodo

Ummu Sinan Al-Aslamiyah Ummu Sinan pun bergabung dengan barisan kaum wanita yang terjun ke per tem puran Khaibar.

Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW per nah bersabda, `'Quraisy, Anshar, Juhainah, Aslam, Asyja, dan Ghifar adalah para budak. Mereka tidak memiliki tuan lain selain Allah dan Rasul-Nya. "Selain itu, dalam riwayat lain, Rasulullah SAW juga bersabda, `'Aslam dibaguskan oleh Allah, Ghifar diampuni oleh Allah.

Aku tidak mengatakan hal ini, tetapi Allah SWT yang mengatakannya.''

Inilah gambaran kemuliaan yang di- tunjukkan Rasulullah SAW terhadap suku dan kabilah-kabilah tersebut.

Di antara suku atau kabilah itu disebutkan Aslam. Bahkan, Kabilah Aslam disebut sebagai salah satu kabilah yang paling disukai Rasulullah SAW. Hal ini tidak terlepas dari ketaatan dan ketundukan mereka saat memeluk agama Islam.

Salah satu nama sahabiyah yang cukup dikenal dari Kabilah Aslam ini adalah Ummu Sinan al-Aslamiyah.

Ummu Sinan rela meninggalkan desa kelahirannya dan bergabung bersama rombongan Kabilah Aslam untuk mengucapkan janji setia ke- pada Rasulullah SAW di Madinah. Seperti layaknya orang-orang dari Kabilah Aslam, Ummu Sinan juga dikenal memiliki ke- mampuan dalam menunggang kuda dan paham seni peperangan.

Dikutip dari buku Perempuan-Perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah SAW karya Muhammad Ibrahim Saliim, Ummu Sinan dikenal mahir dalam mengobati pra jurit yang terluka dan memberikan air kepada prajurit-prajurit yang tengah berperang.

Akhirnya ketika datang pang- gilan untuk berjihad serta berperang menegakkan agama Islam, Ummu Sinan pun tidak ragu dan langsung menjawab panggilan tersebut, tepatnya saat kaum Muslimin tengah bersiap dalam Perang Khaibar pada tujuh Hijriah.

Bahkan, Ummu Sinan meminta izin lang sung kepada Rasulullah SAW untuk terjun ke dalam pertempuran melawan kaum Yahudi Khaibar tersebut. Ummu Sinan berkata, `'Ketika Rasulullah SAW hendak berangkat ke Khaibar, maka aku menghadap beliau dan mengatakan, `Wahai Rasulullah, aku hendak berangkat bersama engkau sekarang ini.

Aku hendak membawakan kantung air minum, meng obati yang sakit atau terluka. Jika tidak, maka aku bersedia menjadi pengawas khalifah.''

Kemudian Rasulullah SAW menjawab, `'Berangkatlah engkau dengan berkah dari Allah SWT. Engkau memiliki sahabat yang telah berbaiat kepadaku dan aku mengizinkan mereka semuanya, dari kaummu dan dari luar kaummu.

Jika eng kau suka, maka tetaplah bersama kaum-mu. Jika engkau suka, maka bersamalah dengan kami.

'' Mendengar hal itu, Ummu Sinan langsung berujar, `'Aku ingin bersama engkau wahai Rasulullah SAW.

'' Nabi Muhammad SAW kemudian me merintahkan Ummu Sinan untuk pergi ber sama Ummu Salamah, istri Rasulullah SAW.

Ummu Sinan pun bergabung dengan barisan kaum wanita yang terjun ke pertempuran Khaibar. Tugas mereka adalah merawat dan mengobati tentara Muslimin yang cedera dan terluka, serta memberikan air.

Dalam peperangan tersebut, Ummu Sinan bahu-membahu dengan Ummu Salamah, Safiyah binti Abdul Muthalib, Ummu Aiman, Nasibah Kaab, Ummu Mani, Ummu Sulaim, Kaibah binti Aslami yah, Ummu Mutha, Ummu adh-Dhahhah, Hindun binti Amr, Ummul Ala, Ummu Amir, Ummu Athiyah, dan Ummu Sulaith Umaimah.

Sementara, dikutip dari Buku Srikandi Pelindung Nabi karya Lukman Ghazzi, Ummu Sinan dikisahkan membantu Shafiyah binti Huyay dalam mem persiapkan pernikahannya dengan Ra sulullah SAW. Ummu Sinan membantu Shafiyah menyisir dan meminyaki rambut dari Shafiyah. Perang Khaibar memang berakhir dengan ke- menangan untuk kaum Muslimin.

Ti dak ha nya itu, kaum Muslimin juga menda pat kan harta rampasan perang yang cukup banyak.

Harta rampasan perang ini juga diberikan kepada Ummu Sinan. Harta rampasan perang itu antara lain kalung ber warna merah, perhiasan dari perak, kain beludru dan selimut, dan kuali dari kuningan.

Tidak hanya itu, Ummu Si nan pun mendapatkan unta, yang sempat ditunggangi oleh Rasulullah SAW. Pada saat memasuki Kota Madinah, Um mu Salamah berkata kepada Ummu Si nan, `'Unta yang engkau tunggangi ada lah milikmu.

Rasulullah SAW telah memberikannya kepadamu,'' kata Ummu Sinan saat menirukan perkataan Ummu Salamah.

Pada saat itu, Ummu Sinan me- mang tengah menunggangi unta Rasulullah.

Pasca Perang Khaibar, panggilan untuk berjihad kembali datang, tepatnya pada Rajab 9 Hijriyah. Saat itu, kaum Muslimin tengah bersiap-siap menghadapi tentara Romawi di Perang Tabuk.

Rasulullah SAW pun menyeru kepada kaum Muslimin untuk bisa mengeluarkan sedekah untuk membiayai peperangan.

Kaum muslimin berlomba-lomba untuk menafkahkan hartanya dan bersedekah, tidak terkecuali Ummu Sinan.

Dia termasuk wanita yang memberikan harta yang cukup banyak guna kepen- tingan Perang Tabuk tersebut.

Terkait ke der mawanan dan semangat kaum Muslimin dalam memberikan sedekah tersebut, Ummu Sinan pernah berujar, `'Aku menyaksikan kain terbentang di hadapan Rasulullah SAW di rumah Aisyah, Ummul Mukminin.

Di atas kain tersebut terdapat gelang, gelang untuk bawah bahu, gelang kaki, anting-anting, cincin, dan para wanita pembantu yang dikirimkan untuk membantu para anggota pasukan mempersiapkan segala perlengkapannya.

''

Selain menjadi saksi berbagai per- tempuran yang dihadapi kaum Muslimin, keutamaan lain yang dimiliki Ummu Sinan adalah meriwayatkan dan menghafalkan sejumlah hadis dari Rasulullah SAW. Putri Ummu Sinan, Tsabitah binti Hantalah al-Aslamiyah, juga sempat beberapa ka- li meriwayatkan hadis dari Ummu Sinan.

Bahkan, Tsabitah dikenal sebagai sa lah satu perawi wanita yang tsiqah (terpercaya).

Salah satu hadis yang cukup populer antara lain, dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW berkata kepada salah seorang wanita yang biasa dipanggil Ummu Sinan, `'Apa yang menghalangimu untuk haji bersama kami?,'' Ummu Sinan menjawab, `'Dua kolam milik bapaknya anak-anak (yaitu suaminya), sedang salah satu putranya sibuk mengurusi salah satu kolam dari dua kolam tersebut.

Sedangkan putra yang lainnya sibuk mengurusi pengairan dari kebun kami. '' Rasulullah SAW kemudian berkata, `'Kalau demikian, umrahlah di bulan Ramadhan, karena umrah di bulan Ramadhan menandingi pahala haji,'' (HR Bukhari, Muslim, dan An-Nasa'i).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement