REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) melalui Program BRI Peduli konsisten melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan untuk menyalurkan bantuan kepada Pondok Pesantren (Ponpes).
Dalam upaya untuk bisa berkontribusi meningkatkan kulitas pedidikan, BRI menyalurkan bantuan sarana Laboratorium IPA untuk santri-santri pesantren.
Bertempat di Ponpes Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta Selatan (21/12), Corporate Social Responsibility (CSR) BRI Peduli mengadakan kegiatan bantuan dan serah terima fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar.
Mewakili direksi BRI, Manajer Operasional Kantor Cabang Simatupang Muadz Akbar Iskandar menyatakan bahwa program tersebut merupakan bentuk perhatian BRI terhadap pesantren.
Ini supaya pesantren bisa meningkatkan kualitas pendidikannya dalam bidang ilmu pengetahuan umum, khususnya untuk mata pelajaran-mata pelajaran pengetahuan alam.
“Besar harapan kami dari pihak BRI dengan tersedianya fasilitas penunjang ini, semangat dan prestasi para santri akan ikut terangkat naik,” kata dia.
Penyaluran dana bantuan pendidikan dari implementasi tanggung jawab perusahaan yang dilakukan Kantor Cabang BRI Simatupang kepada Ponpes Luhur Al-Tsaqafah sendiri merupakan yang kedua kali dilakukan dalam satu tahun terakhir.
Akbar mengatakan bahwa melalui kegiatan CSR BRI Peduli ini, bank BUMN tersebut bisa berkontribusi langsung di tengah masyarakat, tidak hanya sebagai penggerak perekonomian nasional.
Tetapi, tutur dia, BRI juga harus terlibat aktif dalam pemberdayaan serta peningkatan kualitas hidup masyarakat seperti dunia pendidikan. Dia berharap semoga ke depan, hubungan antara BRI dengan pesantren tetap terjalin dengan baik.
Pengasuh Ponpes Luhur Al-Tsaqafah KH Said Aqil Siroj menyambut baik dan menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pihak BRI.
“Alhamdulillah pada hari ini Allah mengarahkan bank BRI untuk menyalurkan CSR-nya pada Pesantren Al-Tsaqafah. BRI membantu, kemudian santri memanfaatkan, semuanya akan menjadi baik, Insya Allah,” ujar Ketua Umum PBNU ini.
Kehadiran fasilitas pembelajaran yang menunjang untuk mata pelajaran umum di pesantren yang diasuhnya tersebut menurut dia harus dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai bagian dari upaya santri untuk mengukir peradaban.
“Kalau kita menengok sejarah, penggagas ilmu pengetahuan umum seperti kedokteran atau astronomi adalah umat Islam,” ujar dia.
Terlebih dalam menghadapi tantangan dunia saat ini, menurut Said, para santri ke depan tidak hanya pintar urusan ilmu agama semata, tetapi juga harus maju dalam bidang ilmu pengetahuan umum.
“Santri bukan hanya tahu teologi dan ritual saja, melainkan juga sains, teknologi, sosial, dan humaniora,” kata dia.