Ahad 17 Dec 2017 05:45 WIB

Bunga Tulip dalam Karya Sufi dan Seniman Islam

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agung Sasongko
Tidak hanya menikmati tulip, pengunjung pun bisa menikmati sejumlah hiburan.
Foto: abc
Tidak hanya menikmati tulip, pengunjung pun bisa menikmati sejumlah hiburan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  — Selain mempercantik halaman istana kerajaan, bunga tulip ternyata juga mendapat tempat khusus dalam budaya kaum sufi, terutama di kalangan peng ikut tarikat Maulawiyah Turki.

Jalaluddin Rumi, tokoh sufi masyhur asal Anatolia yang hidup antara 1207?1273, kerap menyebut kata tulip dalam beberapa syairnya.

Di antaranya dapat ditemukan dalam sajak berikut:

Suatu malam kutanya cinta: Kata kan, siapa sesungguhnya dirimu?

Katanya: Aku ini kehidupan abadi, aku mem- perbanyak kehidupan indah itu.

Kataku: Duhai yang di luar tempat, di manakah rumahmu?

Katanya: Aku ini bersama api hati dan dua luar mata yang besar.

Aku ini tukang cat, karena akulah setiap pipi berubah jadi warna kuning.

Akulah utusan yang ringan kaki, sedangkan pecinta adalah kuda kudusku.

Akulah merah padamnya bunga tulip, Akulah manisnya meratap, pe nyibak segala yang tertabiri...

Lewat cintalah semua yang tembaga akan jadi emas.

Lewat cintalah semua yang endapan akan jadi anggur murni.

Lewat cintalah semua kesedihan akan jadi obat.

Lewat cintalah si mati akan jadi hidup.

Lewat cintalah raja akan jadi budak.

Dalam sajak lainnya, Rumi mengungkapkan:

Desember dan Januari berlalu 

Tulip bermunculan.

Ini saatnya menikmati bagaimana pohon bergoyang ditiup angin dan mawar tak pernah istirahat.

Popularitas tulip di kalangan seni man Muslim Turki juga acap kali dihu bungkan dengan bentuk bunganya yang menyerupai lafaz "Allah" dalam aksara Arab. Hal tersebut sekaligus menjadikannya sebagai bunga yang sangat istimewa dan mendapat tempat yang agung dalam seni dan kebudayaan Islam.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement