Kamis 30 Nov 2017 15:00 WIB

Islamnya Suku-Suku Kirgiz

Rep: mgrol98/berbagai sumber/ Red: Agung Sasongko
Muslim Kirgistan
Muslim Kirgistan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam diperkenalkan pertama kali pada suku-suku Kirgiz antara abad ke-9 dan ke-12. Dan pada abad ke-17 gelombang masuknya Islam adalah yang terbesar. Yaitu, ketika Jungars mengusir Kirgiz dari wilayah Tian Shan ke Lembah Fergana, yang populasinya benar-benar Islami.

Ketika Quqon Khanate menaklukkan wilayah Kirgiz pada abad ke-18, Kirgiz nomaden tetap menyendiri dari praktik resmi rezim Islam tersebut. Namun, pada akhir abad ke-19, sebagian besar penduduk Kirgiz telah beralih ke Islam.

Di samping Islam, suku-suku Kirgiz juga mempraktikkan totemisme, pengakuan akan kekerabatan rohani dengan jenis binatang tertentu. Dan munculmya kepercayaan ini lebih awal dari masuknya Islam di Kirgistan. Di bawah sistem kepercayaan ini, suku-suku Kirgiz mengadopsi rusa kutub, unta, ular, burung hantu, dan beruang sebagai objek pemujaan.

Matahari, bulan, dan bintang juga memainkan peran penting dalam agama. Ketergantungan yang kuat dari para perantau pada kekuatan alam memperkuat hubungan semacam itu dan memupuk keyakinan akan perdukunan (kekuatan penyembuh kesukuan dan penyihir dengan koneksi mistik ke dunia roh) dan sihir hitam juga. Jejak keyakinan semacam itu tetap ada dalam praktik keagamaan banyak orang Kirgiz sampai saat ini.

Pengetahuan dan minat terhadap Islam dikatakan jauh lebih kuat di selatan, terutama di sekitar Osh, daripada di utara. Di utara lebih banyak animisme (kepercayaan bahwa setiap benda hidup dan benda mati mengandung roh) dan praktik perdukunan.

Tetapi penduduk Kirgistan mayoritas beragama Islam kira-kira mencapai (75%), Ortodoks (20%) dan agama lainnya (5%).  Walaupun mayoritas Islam, Islam tidak memainkan peran yang sangat besar dalam politik Kirgistan.

Banyak elemen tradisional masyarakat mendesak agar warisan Muslim negara diakui dalam pembukaan undang-undang dasar 1993. Dokumen itu mengamanatkan sebuah negara sekuler, yang melarang intrusi ideologi atau agama apapun dalam menjalankan bisnis negara.

Negara secara resmi mengakui Natal Orthodox (tapi bukan Paskah) sebagai hari libur, sementara juga mencatat dua hari raya Muslim, Oroz ait (yang berakhir pada bulan Ramadan) dan Kurban (13 Juni, Hari Peringatan), dan Tahun Baru Muslim, yang jatuh pada ekuinoks vernal.

Menurut Komisi Urusan Agama Negara (SCRA), sebuah institusi kepresidenan yang mengatur hubungan antara negara dan organisasi keagamaan, mencatat pada tahun 1990 ada 39 masjid yang beroperasi di Kirgistan.

Pada tahun 2014 jumlah tersebut mencapai 2.362 masjid dan 81 sekolah Islam dalam struktur [Muftiate], dan juga 68 pusat, yayasan dan asosiasi Muslim terdaftar yang terlibat dalam aktivitas pendidikan, peningkatan kesadaran dan amal dan pembangunan tempat ibadah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement