REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) menggelar kegiatan Silatnas Tokoh Agama dan Rakornas FKUB 2017 di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Rabu (29/11). Kegiatan ini diikuti 362 anggota FKUB dari seluruh kabupaten/kota dan provonsi seluruh Indonesia.
Salah satu peserta dari Sulawesi Tengah, Syamsuridjal Anggo mengatakan, sebenarnya FKUB saat ini bukan lagi untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama, tapi FKUB saat ini berkomitmen untuk selalu merawatnya.
"Jadi memang untuk di kalangan kita di FKUB, sejarah kita bukan menciptakan lagi, tapi merawat kerukunan yang sudah terbentuk. Jadi kita tinggal membina kerukunan yang sudah ada," ujarnya saat ditemui Republika.co.id dalam penutupan Silaturrahmi Nasional Tokoh Agama di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Rabu (29/11).
Dengan demikian, lanjut dia, diharapkan suasana persaudaraan dan persatuan dalam NKRI bisa berjalan dengan baik. Menurut dia, selama ini anggota FKUB di berbagai daerah sudah bekerja keras untuk menciptakan suasana seperti itu.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah ini menuturkan, dewasa ini kerukunan umat beragama sudah relatif bagus dibandingkan beberapa tahun yang lalu walaupun masih ada beberapa insiden kecil. Bahkan, menurut dia, seperti konflik di Poso kini sudah dilupakan oleh umat beragama di Sukawesi Tengah.
Wakil Ketua FKUB Sulawesi Tengah ini bersyukur segala permasalahan keagamaan di suatu daerah kini tidak mempengaruhi daerah lainnya. Karena, FKUB juga sudah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk meredamnya.
"Kita lakukan kerjasama dengan Pemda, Polda, dan pihak tertentu, serta tokoh masayarakat dan tokoh agama. Itu yg selama ini kita lakukan, sehingga diharapkan langsung bisa memberikan pengertian kepada jamaahnya masing-masing," kata Dosen Universital Muhammadiyah Palu ini.
Hal senada juga disampaikan Ketua FKUB Kabupaten Gorontalo Utara, Abdul Rahman Mooduto. Menurut dia, masyarakat di Provinsi Gorontalo saat ini juga masih berkomitmen untuk merawat kerukunan umat beragama.
"Alhamdulillah Gorontalo mayoritas penduduknya kan Islam. Tapi di dalam menjaga kerukunan kita tidak ada perbedaan satu sama lain, saling menghormati baik yang minoritas maupun yang mayoritas," ucapnya.
Ia menuturkan, untuk merawat kerukunan antar umat beragama itu, setiap tiga bulan sekali FKUB Kabupaten Gorontalo Utara mengadakan dialog untuk membahas berbagai persoalan kegamaan. Karena itu, menurut dia, Gorontalo disebut sebagai salah satu daerah teraman di Indonesia.
"Karena itu Gorontalo selama ini menurut pandangan nasionql, Gorontalo itu daerah teraman. Alhamadulillah kita dikategorikan sepert itu. Karena Gorontalo itu kita menganut istilah yang disebut, 'adat bersendikan SARA, SARA bersendikan kitabullah'," jelasnya.
Dalam istilah tersebut, tambah dia, kitabullah itu berdasarkan kepercayaan agama masing-masing, sehingga semua umat beragama di Gorontalo adalah saudara dan tidak ada perbedaan yang mampu merusak persaudaraan itu.
"Selain dialog tokoh agama, ada sosiliasi langsung ke masyarakat juga. Kita undang juga pemangku kepentingan untuk dialog. Jangan bicara nasional dulu, tapi bagaimana daerah kita. Dan pemerintah daerah juga sangat mendukung," tuturnya.