Selasa 28 Nov 2017 22:15 WIB

R Heru JK Hadiwijono: Tolong Ajari Saya tentang Islam

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Mualaf/Ilustrasi
Foto: ROL/Ilustrasi Mardiah
Mualaf/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kolonel Chk Heru Yesus bersyahadat setelah lama mempelajari agama Islam. Keyakinannya memilih Islam sebagai agama yang paling benar bermula sejak dia menjadi kepala penjara militer di Medan.

Ketika itu, lelaki bernama lengkap R Heru JK Hadiwijono tersebut bertugas mengawasi dan memeriksa kondisi penjara pada pagi, siang, dan malam hari. Suatu ke tika, dia mendapati seorang napi asal Aceh sedang mengaji Alquran. "Sambil memeriksa setiap sel satu per satu, saya biasanya mendengarkan napi tersebut mengaji, saya perhatikan selama di penjara, dia tidak pernah berhenti mengaji setiap malam," kata dia.

Peristiwa tersebut terjadi antara tahun 1999 dan 2000. Kolonel Heru dengan segala kerendahan hatinya meminta napi tersebut mengajarkannya agama Islam. Mulanya, napi tersebut sempat ragu, karena dia tahu Kolonel Heru bukan seorang Muslim.

"Saya ingin belajar tentang Islam, tolong ajari saya, tidak masalah dengan agama saya sekarang, kemudian napi tersebut mengajari saya," kata dia. Namun, setelah mendalami Islam beberapa waktu, karena pindah tugas dan kesibukan lainnya, fokus dia teralihkan.

Selain itu, Kolonel Heru meyakini bahwa saat itu hidayah belum sampai padanya. Kemudian, dia pindah tugas ke Bandung dan menjabat sebagai oditur militer. Sekitar tahun 2012 hingga 2014, Kolonel Heru kembali mendalami Islam. Kali ini dia yakin dengan sepenuh hati untuk memeluk Islam. Kolonel Heru resmi mengikrarkan syahadat di kampung halamannya di Malang, Jawa Timur, pada 2014.

Namun, musibah terjadi saat dia akan mengucapkan syahadat. Istri dan anaknya mengalami kecelakaan motor, meskipun tidak terlalu parah. Kolonel Heru menganggap bahwa ketika memilih jalan yang benar, ujian selalu datang.

Ujian ini akan menjadikannya makin dewasa. Namun, dia yakin sesungguhnya bersama kesulitan selalu ada kemudahan (QS Alam Nasyrah: 5). Ayat Alquran inilah yang selalu dibacanya berulang-ulang ketika menemui kesulitan dan ujian.

Setelah mualaf, pada tahun 2015, dia memutuskan untuk berangkat umrah. Saat berada di Tanah Suci, Kolonel Heru makin yakin dengan Islam. "Setiap berzikir, saya me rasa memiliki ketenangan jiwa dan kedamaian di dalam hati, meskipun ijtihad saya menjadi Muslim kerap ditolak berbagai pihak," kata dia.

Keluarga

Kolonel Heru berasal dari keluarga yang tradisional. Kakek dan neneknya merupakan Muslim. Namun, kedua orang tuanya lebih memilih agama lain. Heru tak tahu alasan pilihan kedua orang tuanya mengapa lebih memilih agama lain.

Kolonel Heru merupakan anak bungsu dan kesayangan sehingga tidak heran jika tindak tanduknya selalu diperhatikan kedua orang tua. Ayahnya tidak rela jika Kolonel Heru memeluk Islam. Sang ayah menginginkan anak kesayangan itu tetap berpegang teguh kepada agama orang tua.

"Ayah saya mungkin curiga saya memeluk Islam. Dia kemudian membuat surat wasiat sebelum wafat, bahwa harta warisan sepertiga dari keseluruhan akan diberikan kepada saya dengan syarat tidak pindah agama. Sedangkan, sisanya dibagi rata kepada kakak-kakak," kata dia.

Namun, Kolonel Heru tidak menerima su rat wasiat dan ingin membatalkannya. Dia tidak menerima harta warisan yang seper tiga itu hanya untuk dirinya sehingga pem bagian warisan pun diberikan sama rata.

Dia meyakini pilihan memeluk Islam sudah kehendak Allah. Perwira menengah militer ini menilai dirinya tak berarti apaapa karena Allah yang membolak-balikkan hati manusia. Keluarga besarnya pun sudah menerima dirinya mualaf karena ini merupakan pilihan hidup.

Meskipun kini Kolonel Heru berbeda keyakinan dengan kakak-kakaknya, silaturahim tetap terjaga. Dia dan keluarga be sarnya tetap menjaga hubungan baik. Bagi dia keyakinan agama sudah menjadi urusan masing-masing. Namun, persaudara an tidak harus terputus.  ed: erdy nasrul

Ujian memeluk Islam.

Selain keluarga besar, ujian datang dari rekan-rekan kerja dan atasannya. Beberapa pihak ada yang tidak senang dengan pilihannya memeluk Islam, terutama mereka yang berbeda agama.

"Saya sering dibilang pengkhianat, apalagi dengan nama saya, Heru Yesus, mungkin satu-satunya nama Yesus yang beragama Islam hanya saya," katanya sambil berkelakar. Meski banyak tudingan miring dan tantangan, dia tetap menghadapinya.

Hanya Allah yang dia takuti. Urusan jabatan, pangkat, dan pekerjaan hanya sementara di dunia. Begitu keyakinannya. Sejak menjadi mualaf, Kolonel Heru berkomitmen untuk selalu menjaga shalat lima waktu.

Tak ketinggalan, dia juga selalu bangun tidur pada sepertiga malam untuk melaksanakan ibadah malam hari, seperti tahajud. Kemudian, pada pagi hari, setelah mentari terbit dengan sempurna, dia melaksanakan shalat sunah Dhuha.

Beberapa kolega terheran-heran dengan komitmennya beribadah. Mereka mengakui yang Islam sejak lahir saja jarang memenuhi kewajiban beribadah, tetapi Kolonel Heru yang baru memeluk Islam mampu konsisten melaksanakan ibadah sunah.

Selain mendapat dukungan dari anak buah, istri dan kelima anaknya pun menyambut bahagia atas pilihan ayahnya. Memang sebelumnya sejak menikah Kolonel Heru dengan istrinya berbeda agama, mungkin ini juga yang menjadi kecurigaan pertama dari ayahnya.

Meski demikian, Kolonel Heru tetap mendampingi istrinya jika ada pengajian. Dia juga memfasilitasi ke giatan keagamaan dan ibadah anak-anaknya, seperti belajar mengaji dan shalat. Hanya saja, saat makin besar, anak-anak kerap mem pertanyakan keyakinan ayahnya.

Sedangkan, di rumah, hanya Heru seorang yang berbeda keyakinan. "Saya juga yang mengantar dan menjemput istri saya ketika dia pergi haji," kata dia. Sebagai suami, Kolonel Heru tetap membebaskan istrinya melaksanakan ibadah sesuai agamanya.

Istrinya juga tidak pernah memaksakan agar dia cepat-cepat memeluk Islam atau memaksa belajar Islam. Karena dia juga yakin hidayah hanya datang dari Allah. Karena Kolonel Heru selalu berpindah-pindah tugas, masalah ini pun tidak menjadi perdebatan di keluarganya. Lagi pula, dia menyerah kan pendidikan sekolah dan agama kepada istrinya sehingga seluruh anaknya beragama Islam.

Banyak hikmah yang didapat Heru setelah memeluk Islam. "Saya menjadi percaya diri di hadapan anak-anak dalam membimbing agama Islam, karena selama ini saya percayakan hal itu hanya kepada istri saya," kata dia.

Dahulu, ada perasaan sedih ketika anak-anaknya menanyakan ibadah yang tak pernah dilakukannya. Dia juga ingin mengajari anakanaknya mengaji dan membimbingnya. Namun, hidayah tak kunjung datang saat itu, meskipun pendalaman agama Islam telah dipelajarinya sejak tahun 1999.

Kolonel Heru berharap setelah menjadi mualaf, Allah tetap membimbingnya dan menjaganya dalam keadaan Islam. Dia hanya meminta tetap hidup dan kemudian diwafatkan dalam keadaan Muslim.

Selain itu, dia meminta agar dapat mebimbing anak-anaknya agar berpegang teguh kepada agama Allah. Makin baik ibadahnya, makin baik juga akhlaknya. Tidak hanya sukses di dunia, tetapi juga sukses di akhirat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement