REPUBLIKA.CO.ID, Hal yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dan keluarganya ketika ditimpa kesulitan adalah melaksanakan shalat. Demikian pula seluruh Nabiyullah dan para sahabat, jika mengalami kesulitan, mereka akan segera sibuk dengan shalat.
“Dan suruhlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah atasnya. Kami tidak meminta rezeki darimu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat yang baik bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Thaha : 132)
Dikutip dari buku yang berjudul “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zkariyya al-Kandahlawi Rah.a. bahwa Wahab bin Munabbih rah.a berkata, “Dianjurkan untuk meminta keperluan kepada Allah melalui shalat. Orang-orang terdahulu, jika sesuatu menimpa mereka, mereka akan mengerjakan shalat.”
Ia menceritakan, kisah seorang kuli barang yang terkenal di Kuffah. Orang-orang selalu mempercayainya, karena sifatnya yang jujur dan terpercaya, para pedagang banyak menitipkan barang atau uang kepadanya. Ketika ia sedang dalam perjalanan, ia bertemu dengan seorang laki-laki.
Laki-laki itu bertanya, “Engkau mau kemana?” Jawab kuli itu, “Aku akan ke kota fulan.” Sahut laki-laki itu, “Aku juga akan ke sana. Aku dapat berjalan kaki bersamamu, atau bagaimana jika aku menumpang baghalmu dengan bayaran sedinar?” Kuli itu pun setuju.
Ketika tiba di suatu persimpangan jalan, laki-laki tadi berkata, “Jalan manakah yang akan engkau lalui?” Jawab kuli, “Jalan besar yang umum ini!” Namun, laki-laki itu mengusulkan untuk mengambil jalan yang satunya, sebab lebih mudah mendapatkan rumput untuk makanan hewan yang ditungganginya dan lebih cepat ke tujuan mereka. Namun, sang kuli khawatir sebab ia tidak pernah melewati jalan tersebut.
Laki-laki itu menyakinkan si kuli, hingga akhirnya mereka sepakat untuk melalui jalan tersebut. Beberapa lama kemudian, mereka tiba di sebuah hutan seram yang banyak berserakan bangkai manusia. Tiba-tiba laki-laki itu melompat dari baghal yang dinaikinya dan langsung mengeluarkan pedang dari balik punggungnya dengan niat membunuh kuli tersebut.
“Jangan!” Teriak kuli, “Ambillah baghal beserta semua barangnya, tetapi jangan bunuh aku!” Laki-laki itu tidak mempedulikan tawaran tersebut. Bahkan, ia mengancam akan membunuh kuli tersebut untuk kemudian mengambil semua barangnya. Kuli merasa cemas, akhirnya ia berkata, “Baiklah, izinkan aku shalat dua rakaat untuk terakhir kalinya."
Sambil tertawa laki-laki itu mengabulkan keinginan kuli dan berkata, “Silahkan, cepatlah shalat! Mereka yang mati ini pun telah meminta hal yang sama sebelum mati, tetapi shalat mereka tidak menolong mereka sedikit pun.”
Segera kuli tersebut shalat tetapi setelah membaca Al-Fatihah, tidak ada satu surat pun yang dapat diingatnya. Sedang orang zhalim itu menunggu sambil terus berteriak, “Cepat selesaikan shalatmu!” Tanpa sengaja, terbaca oleh lidah si kuli yang berbunyi : “Siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan bila ia berdoa kepada-Nya dan yang menghilangkan kesulitan.” (QS. An-Naml : 62).
Kuli tersebut membacanya sambil menangis. Tiba-tiba muncullah seorang penunggang kuda bertopi gemerlepan dari besi. Ia datang dan menikam orang zhalim tadi sehingga mati. Dan di tempat orang zhalim itu mati, keluarlah nyala api.
Kuli langsung bersujud syukur ke hadirat Allah SWT. Lalu ia lari ke penunggang kuda itu dan bertanya, “Siapakah engkau dan bagaimanakah engkau datang?” Jawabnya, “Aku adalah hamba dari ayat yang engkau baca tadi. Sekarang engkau aman dan dapat pergi ke mana pun sesukamu.” Setelah berkata demikian orang itu pun menghilang. (Nazhatul-Majalis)
Pada hakikatnya, shalat adalah kekayaan yang sangat besar. Sebab selain akan mendatangkan keridhaan Allah, shalat juga akan menyelamatkan dari bencana dunia dan menenangkan hati. Ibnu Sirrin rah.a berkata, “Seandainya aku disuruh memilih antara surga dan dua rakaat shalat, maka aku akan memilih shalat, karena surga itu untuk kesenanganku, tetapi shalat untuk Allah SWT.” Wallahualam.