REPUBLIKA.CO.ID, BATANG -- Mantan ketua umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsudin mengingatkan warga Muhammadiyah harus lebih peka terhadap gejala pendustaan agama daripada sekadar sensitif terhadap gejala atau fakta penistaan agama. "Mungkin ada yang tidak setuju. Akan tetapi, ingin saya katakan terhadap gejala atau fakta penistaan agama wajar kalau umat Islam yang beriman peka, terganggu dan wajar jika diprotes," katanya usai acara peletakan batu pertama Rumah Sakit Islam Muhamadiyah di Batang, Ahad (26/11).
Kendati demikian, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mengingatkan aksi protes itu tidak dilakukan secara berlebihan. "Marilah kita berkeyakinan, sebesar apa pun dan oleh sebanyak apa pun orang, kelompok yang menistaakan agama Islam, menistakan kitab suci Alquran, menistakan Nabi Muhammad SAW tidak akan sedikit pun mengurangi kemuliaan, keaguangan dari al-Islam dari Nabi Muhammad SAW," katanya.
Pada kesempatan itu, Din Syamsudin mengatakan bahwa Muhamamdiah adalah organisasi yang mandiri sehingga dirinya mengapresiasi terhadap Pengurus Daerah (PD) Muhammadiah Kabupaten Batang yang bertekad membangun sebuah rumah sakit yang representatif. "Oleh karena itu, kami mohon wakaf dan etos itu untuk kita pertahankan karena hal inilah yang akan menjamin kelestarian dan eksisteni Muhammadiyah pada masa-masa yang akan datang," katanya.
Melalui semangat dan gairah warga Muhammadiyah untuk berlomba-lomba berinfak, rumah sakit ini akan segara selesai. "Inilah Muhammadiyah berbuat melayani masyarakat dan bangsa tanpa mempertanyakan status agama, suku, profesi, bahkan jenis kelamin untuk menebar manfaat," katanya.