Sabtu 25 Nov 2017 15:57 WIB
Tantangan Dunia Islam Menurut JK

JK: Radikalisme Muncul karena Penyalahgunaan Kata Surga

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Agus Yulianto
Wakil Presiden Jusuf Kalla menutup Munas Alim Ulama NU di Ponpes Darul Quran, Bengkel, Labuapi, Lombok Barat, Sabtu (25/11).
Foto: republika/m.nursyamsyi
Wakil Presiden Jusuf Kalla menutup Munas Alim Ulama NU di Ponpes Darul Quran, Bengkel, Labuapi, Lombok Barat, Sabtu (25/11).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengungkapkan, sejumlah tantangan bagi dunia Islam saat ini. Tantangan itu  berupa radikalisme dan modernisasi.

Menurut JK, radikalisme timbul akibat adanya pikiran yang berlebihan lantaran terpaku satu kata, yakni surga. Penyalahgunaan surga ini, lanjut JK, membuat kesan surga seakan dijual murah dengan hanya melakukan bunuh diri. Padahal, sebenarnya tidak seperti itu.

"Radikal muncul karena pikiran surga, kenapa bunuh diri, ingin surga secara cepat dan instan," ujar JK saat penutupan Munas dan Konbes NU 2017 di Ponpes Darul Quran, Bengkel, Lombok Barat, NTB, Sabtu (25/11).

JK meyakini, hampir seluruh pelaku gerakan radikalisme karena hanya berpikiran seperti itu. Menghadapi hal ini, JK mengajak seluruh masyarakat untuk memberikan pemahaman dengan ilmu dan suasana kedamaian.

"Hampir semua orang radikal berpikir seperti itu. Radikalisme tentu dengan ilmu, suasana kedamaian, itu jadi tantangan kita," lanjut JK.

Tantangan selanjutnya ialah modernisasi. JK menilai, kemajuan zaman pasti menimbulkan dampak negatif dan juga positif. JK menjelaskan, pola-pola dakwah yang kini mulai bergeser melalui sosial media dan TV sebaiknya dimanfaatkan agar masyarakat tidak mendapatkan informasi yang keliru.

"Kita harus siapkan anak muda dengan cara yang baru, ponpes juga harus berpikir. Ini harus diperbaiki kalau tidak pengaruh dari luar gampang masuk," ucap JK.

Saat ini, kata JK, hampir semua santri memiliki telepon pintar (smartphone). Banyak dari santri yang lebih memilih mencari informasi dari internet, ketimbang bertanya pada kiai.

"Pasti semua santri punya hp, mungkin dia (santri) enggak tahu kiai, tapi (tanya) ke Pak Google. Kalau dulu (mau shalat) shaf diluruskan, sekarang shaf diluruskan dan hp dimatikan," lanjut JK.

JK menyebutkan, perubahan-perubahan ini menjadi tantangan bagi dunia Islam, dan juga pondok pesantren. JK berharap pondok pesantren bisa duduk bersama meningkatkan standar kualitas yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement