Selasa 21 Nov 2017 20:15 WIB

Tantangan Pesantren Semakin Beragam

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Pesantren
Foto: Arief Priyoko/Antara
Pesantren

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) menggelar Konferensi International Studi Pesantren atau International Conference on Pesantren Studies di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang Selatan, Banten. Kegiatan ini diselenggarakan mulai tanggal 20-22 November 2017 untuk meramaikan kegiatan International Islamic Education Expo (IIEE) 2017.

Dalam seminar yang digelar Selasa (21/11) hari ini, diwarnai beragam pandangan dari sejumlah tokoh atau pakar keislaman. Sekjen MUI, Anwar Abbas menjelaskan bahwa pesantren menjadi salah satu saksi sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Menurut dia, lembaga ini telah eksis selama ratusan tahun dan saat ini menjadi tumpuan serta harapan untuk menghadapi tantangan global.

Pesantren menjadi tumpuan dan harapan. Wajib hukumnya menyuntikkan virus entrepreneurship dan intrapreneurship agar siapapun yang telah selesai menempuh pendidikan dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Indonesia akan menjadi penguasa dunia, ujar Anwar Abbas dalam paparannya.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof Abdul Ala mengungkapkan bahwa sepak terjang pesantren sejatinya tak hanya di dunia pendidikan. Karena, pesantren juga punya peran besar dan aktif di sektor lain, seperti pemberdayaan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya.

"Mempertahankan nilai-nilai pesantren mesti dilakukan. Bagaimana mengonstekstualisasikan nilai Islam dengan nilai lokal. Pesantren sebagai hasil kreativitas para kiai orang Indonesia. Pesantren juga menjadi tempat pembelajaran yang tak pernah mati, ucapnya.

Menurut dia, pesantren harus terus mewaspadai perkembangan dan perubahan zaman. Jika tidak, pesantren akan tergilas. Apalagi, di era global ini pesantren mempunyai tantangan yang beragam. "Tantangan pesantren kini semakin beragam, tak lagi ekses modernitas dan globalisasi yang datang dari luar, juga pengaruh ideologi radikal dan konservatisme yang menggerogoti dari dalam. Tak lepas pula dari penetrasi teknologi informasi yang semakin liar," katanya.

Karena itu, menurut dia, pesantren perlu berinovasi dalam hal strategi pembelajaran agar anak-anak merasa senang belajar di pesantren, dan para santri juga tidak gagap terhadap perkembangan maupun perubahan zaman.

Ia mengatakan bahwa penguatan lembaga pesantren menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Tanpa didukung kelembagaan yang kuat, tentu ketahanan pesantren akan terkikis. "Pesantren harus secara kritis mampu menyikapi setiap perkembangan agar tidak tergerus zaman. Jika pesantren hilang, Indonesia akan hilang, jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement