Ahad 19 Nov 2017 04:11 WIB
Keteladanan Sahabat Abdullah bin Abbas RA

Pria Ini Lebih Memilih Buta daripada Tinggalkan Shalat

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
 Sejumlah penyandang tuna netra membaca kitab suci Alquran dengan cetakan huruf braille saat melaksanakan Tadarus di Mesjid yayasan Wyataguna (Ilustrasi)
Sejumlah penyandang tuna netra membaca kitab suci Alquran dengan cetakan huruf braille saat melaksanakan Tadarus di Mesjid yayasan Wyataguna (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Abdullah bin Abbas ra adalah paman Nabi yang akhirnya masuk Islam. Ia sering menangis karena rasa takutnya kepada Allah SWT. Ibnu Abbas ra telah memberikan teladan untuk beramal shalih, yaitu dengan selalu mengingat kebesaran dan keagungan Allah SWT.

Dikisahkan dari buku “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a, bahwa suatu ketika sebelah mata Ibnu Abbas ra. selalu berair. Seorang tabib datang mengobatinya dan ia mengatakan bahwa jika diizinkan mengobatinya, Ibnu Abbas harus berhati-hati selama lima hari ke depan. Ia tidak diperkenankan untuk sujud di tanah, namun diperbolehkan bersujud di atas kayu yang lebih tinggi.

Ibnu Abbas ra. menjawab, “Tidak mungkin, demi Allah, aku tidak akan melakukannya walaupun hanya satu rakaat. Aku mendengar Nabi SAW bersabda, ‘Barangsiapa sengaja meninggalkan satu shalat, maka ia akan menjumpai Allah dalam keadaaan murka kepadanya.”

Secara syariat, keadaan yang dialami Ibnu Abbas mendapat keringanan dalam shalatnya. Perbuatan seperti itu tidak termasuk meninggalkan shalat. Namun, karena semangatnya dalam mengikuti shalat Nabi SAW, Ibnu Abbas ra merasa lebih baik matanya tidak sembuh daripada harus meninggalkan cara shalat Nabi SAW.

Kemudian seorang sahabat bernama Wahab bin Munabbih menceritakan bahwa pada masa tuanya Abdullah bin Abbas ra, mengalami kebutaan. Ibnu Wahab pernah  membawanya ke Masjidil Haram. Setibanya di sana, terdengar suara orang bertengkar. Ibnu Abbas berkata kepadanya, “Bawa aku ke situ.” Maka, Ibnu Wahab membawanya ke perkumpulan itu. Ibnu Abbas langsung memberi salam dan mereka mempersilakannya duduk, namun ia menolak.

Kemudian ia menasehati mereka, “Kalian tidak mengetahui bahwa hamba-hamba Allah yang istimewa ialah mereka yang rasa takutnya kepada Allah mendiamkan mereka. Padahal, ia tidak udzur atau bisu, bahkan ia fasih dan pandai berbicara. Namun, karena sibuk mengingat keagungan Allah, menjadikan akal mereka dan hati mereka dibiarkan hancur, dan lisan mereka dibiarkan bisu. Jika, mereka terus dalam keadaan seperti itu, mereka beramal shalih. Lalu mengapa kalian lari dari teladan tersebut

Ibnu Wahab bin Munabbih ra berkata, “Setelah kejadian tersebut, aku tidak pernah lagi melihat dua orang berkumpul di suatu tempat.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement