Kamis 16 Nov 2017 16:15 WIB

Muslim Eritrea Alami Diskriminasi

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Agung Sasongko
Anak-anak muslim Eritrea
Foto: youtube
Anak-anak muslim Eritrea

REPUBLIKA.CO.ID,  ADDIS ABABA -- Warga Eritrea yang tinggal di negara tetangga Ethiopia pada hari Rabu melakukan demonstrasi untuk memprotes adanya penganiayaan agama di negara mereka.

Bulan lalu, sebuah sekolah Muslim di ibukota Eritrea, Asmara, ditutup, memprovokasi sebuah demonstrasi langka pada 31 Oktober dan sebuah dugaan reaksi mematikan oleh pasukan keamanan - sebuah klaim yang disangkal oleh pemerintah.

Para demonstran Eritrea berbaris ke markas besar Uni Afrika di ibukota Ethiopia, Addis Ababa, sambil menyerukan slogan tersebut: "Hentikan penganiayaan agama."

"Demonstrasi ini dimaksudkan untuk menyuarakan dukungan kepada yang tidak bisa bersuara atas apa yang terjadi di Eritrea pada demonstrasi 31 Oktober oleh anak-anak sekolah dasar dan wanita tua yang sekarang ditangkap incommunicado," kata Bereket Berhane, seorang pengungsi Eritrea yang telah tinggal di Ethiopia selama 11 tahun terakhir, dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (16/11).

Dia mengatakan bahwa Uni Afrika, setelah mengabaikan dua petisi sebelumnya oleh Eritrea melawan pemerintah di Asmara, harus menghormati peraturannya yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat dan anak-anak.

Secara terpisah, ribuan pengungsi Eritrea di Shire, Tigray, di wilayah Ethiopia dilaporkan melakukan demonstrasi serupa. "Kami menentang tindakan yang dilakukan pemerintah di Asmara di sebuah sekolah yang secara langsung melanggar kebebasan beragama." kata pengungsi Eritrea, Salih Tahir.

Tahir mengatakan bahwa demonstrasi tersebut diadakan di pusat pengungsian Adi Arif, satu dari empat kamp pengungsi di Shire. Berdasarkan data Pew Research Center pada tahun 2015, penduduk Eritrea mayoritas Kristen dengan populasi penduduk 62,9 persen, dan 36,6 persen Muslim.

Menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), lebih dari 260 ribu pengungsi Eritrea dilindungi di Ethiopia. Negara Tanduk Afrika ini memisahkan diri dari Ethiopia pada tahun 1993. Antara tahun 1998 dan 2000, perang berdarah terjadi antara kedua negara, yang menyebabkan kematian puluhan ribu di kedua belah pihak. (Idealisa Masyrafina)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement