REPUBLIKA.CO.ID, Kisah syahid Mus’ab bin Umair sangat lah mengharukan. Betapa gigihnya ia memperjuangkan agama Allah. Hingga kedua tangannya terpotong untuk mempertahankan bendera kaum Muhajirin agar tetap tegak berdiri saat perang Uhud.
Dikisahkan dari buku “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah. Bahwa sebelum masuk Islam, Mus’ab bin Umair ra adalah seorang bangswan dan pemuda terkaya di anatar rekan-rekannya. Ayahnya membelikannya pakaian seharga dua ratus dirham. Pada masa mudanya, ia dikaruniai banyak kenikmatan.
Pada permulaan Islam, ia memeluk Islam dengan diam-diam, hingga kemudian seseorang mengadukannya kepada keluarganya, sehingga mereka marah dan mengikatnya selama beberapa hari. Ketika ada kesempatan, ia melarikan diri dan ikut hijrah ke Habasyah (Afrika) bersama kaum Muslimin. Lalu ia kembali ke Madinah dan mulai hidup dalam kezuhudan dan kefakiran.
Demikian menderita kehidupannya, kala itu Nabi SAW sedang duduk-duduk dan melihat Mus’ab bin Umair ra. lewat. Di tubuhnya hanya melekat sehelai kain lusuh penuh tambalan yang salah satu tambalannya dari kulit. Hal ini, membuat Nabi SAW meneteskan air mata, beliau terbayang akan keadaan Mus’ab ra sebelum memeluk Islam.
Ketika perang Uhud, bendera kaum Muhajirin dipegang oleh Mus’ab ra saat itu kaum Muslimin mengalami kesulitan sehingga kacau balau, ia tetap berdiri tegak. Tiba-tiba seorang musuh menyerangnya dengan pedang dan memotong salah satu tangannya. Bendera di tangannya hampir terjatuh.
Saat itu kaum Muslimin seolah-olah telah kalah. Mus’ab ra segera meraih bendera dengan tangan satunya. Orang kafir pun memotng kembali tangannya yang lain. Maka, didekaplah bendera itu di dadanya dengan sisa-sisa kedua tangannya.
Akhirnya, dadanya dipanah oleh musuh sehingga ia syahid. Dengan sisa-sisa hidupnya ia tetap berusaha menjaga bendera itu agar tidak jatuh ke tanah. Lalu bendera pun terjatuh dan langsung diambil oleh seorang kawannya.
Ketika akan dikebumikan, di tubuhnya hanya ada sehelai kafan yang tidak cukup untuk menutupi seluruh tubuhnya. Jika ditutupkan ke kepalanya, kakinya akan terbuka. Jika ditutupkan ke kakinya, kepalanya terbuka. Nabi SAW bersabda, “Tutupkanlah kain itu ke kepalanya, dan tutuplah kakinya dengan daun Idkhir.”
Demikianlah akhir hidup Mus’ab ra susah dan mengharukan. Padahal, ia pernah berpakaian seharga ratusan dirham. Namun pada akhir hidupnya, ia mengenakan sehelai kain kafan yang tidak mencukupi untuk menutupi tubuhnya.
Hingga akhir hayatnya, dengan penuh semangat ia berusaha agar bendera tidak jatuh, walaupun kedua tangannya telah terpotong. Betapa teguhnya iman dalam hati Mus’ab ra Ia berani mengorbankan harta, uang, istirahat, atau kesengannya semata-mata untuk berjuang di jalan-Nya.