REPUBLIKA.CO.ID, Shuhaib ra adalah sahabat yang rela melakukan ap apun untuk berjuang di jalan Allah. Ketika hendak berhijrah, orang-orang kafir menyerangnya. Maka, demi mempertahankan kesilamannya, ia rela menukar dirinya dengan seluruh harta yang dimilikinya.
Dikisahkan dari buku Himpunan Fadhilah Amal karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a bahwa Shuhaib ra memeluk Islam bersamaan dengan Ammar ra. Pada masa itu, Nabi SAW sering berada di tempat Arqam.
Kedua orang ini menemui Nabi SAW secara bergantian. Kebetulan mereka bertemu di pintu rumah Arqam. Keduanya saling mengetahui maksud kedatangan masing-masing, yaitu untuk memeluk Islam, dan berusaha mengambil teladan dari kehidupan Nabi SAW.
Setelah keislamannya, ia dihina, disiksa, dan banyak mengalami penderitaan. Maka, ia berniat untuk berhijrah. Namun, kaum kafir Quraisy sangat tidak rela, jika ia hijrah dan hidup tenteram. Jika orang-orang kafir itu mendengar ada orang yang akan berhijrah, mereka berusaha menangkapnya agar tidak dapat lolos dari gangguan mereka.
Shuhaib ra pun dikejar oleh orang-orang kafir Quraisy dengan mengirim serombongan orang untuk menangkapnya. Dan Shuhaib ra membawa panah bersamanya. Ia berkata kepada kaum kafir Qurasiy, “Dengarkanlah, kalian tahu bahwa aku adalah pemanah yang paling mahir di antara kalian. Selama masih tersisa anak panah padaku, kalian tidak dapat mendekatiku dan menangkapku.”
Ia mengatakan pula jika panah-panahnya habis, maka ia akan gunakan pedangnya untuk melawan mereka. Adapun pedangnya selalu berada di tangannya sehingga mereka tidak dapat berbuat apa pun. “Jika kalian mau, kalian akan kuberitahu tempat hartaku di Makkah dan kalian boleh mengambil kedua budak perempuanku sebagai ganti jiwaku,” lanjutnya.
Kaum kafir menyetujui usul tersebut sehingga diserahkanlah seluruh kekayaannya kepada mereka. Dan terhadap kejadian ini, maka turunlah ayat Alquran: “Dan di antara manusia ada yang menjual dirinya demi mencari ridha Allah. Dan Allah sangat Penyanyang kepada hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Al-Baqarah:207)
Ketika itu, Nabi SAW sedang berada di Quba. Ketika melihat kedatangan Shuhaib ra beliau bersabda, “Perniagaan yang sangat menguntungkan, wahai Shuhaib.”
Shuhaib ra adalah orang yang suka berkorban di jalan Allah sehingga Umar ra pernah berkata, “Engkau telah berlebih-lebihan, wahai Shuhaib!” Jawab Shuhaib, “Saya tidak menggunakannya untuk hal yang sia-sia.” Ketika Umar ra hampir mendekati ajalnya, ia berwasiat agar Shuhaiblah yang mengimani shalat jenazahnya. (Usudul-Ghabah).
Shuhaib bercerita pada suatu ketika Rasulullah SAW sedang memakan kurma, dan ia menyertai Beliau makan. Ketika itu salah satu matanya sedang sakit, lalu Nabi SAW berkata, “Hai Shuhaib, matamu sakit, tetapi kamu masih memakan kurma?” Ia menjawab, “Ya Rasulullah, saya makan dengan sebelah mata saya yang sehat ini.” Rasulullah SAW tertawa mendengar jawabannya.