Jumat 10 Nov 2017 02:08 WIB

Allah Selamatkan Mayat Ashim RA dari Orang-Orang Kafir

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Jamaah mengunjungi Gunung Uhud sebagai salah satu lokasi bekas perang paling berjarah dalam Islam.
Foto: arab news
Jamaah mengunjungi Gunung Uhud sebagai salah satu lokasi bekas perang paling berjarah dalam Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, Terbunuhnya orang-orang kafir di Perang Uhud telah menyalakan dendam di hati orang-orang dekat mereka. Shulafah, yang kedua anaknya telah terbunuh dalam perang tersebut bersumpah, jika ia menjumpai Ashim ra (sahabat yang telah membunuh kedua anaknya), ia akan membunuhnya dan akan meminum arak dari tempurung kepalanya. Namun, Allah menyelamatkan mayat Ashim ra hingga tak tersentuh oleh orang-orang kafir.

Dikisahkan dari buku “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a. bahwa Shulafah mengumumkan akan memberi hadiah seratus ekor unta kepada siapa pun yang dapat membawa kepala Ashim kepadanya. Mendengar sayembara itu, Sufyan bin Khalid sangat bergairah dan berkeyakinan bahwa ia akan membawa kepala Ashim kepada Shulafah.

Lalu, ia mengirim beberapa laki-laki dari kaum Adhal Waqarah ke Madinah untuk berpura-pura memeluk Islam. Kemudian mereka meminta Nabi SAW mengirim beberapa orang sahabat untuk memberi taklim dan tabligh di kampung mereka.

Mereka memohon agar Ashim ra termasuk dalam rombongan itu, dengan alasan bahwa nasihatnya disukai oerang-orang. Nabi SAW mengirim sepuluh orang sahabat (riwayat lain enam orang) menyertai kaum Adhal Waqarah, termasuk Ashim ra.

Dalam perjalanan pulang, ternyata orang-orang Adhal Waqarah ingkar janji. Mereka menyuruh musuh agar menyerang para sahabat, sehingga para sahabat diserang oleh dua ratus orang. Di antara mereka ada seratus pemanah handal yang terkenal. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Nabi SAW mengirim beberapa orang Makkah untuk mencari berita tentang mereka.

Di tengah-tengah perjalanan, kaum Muslimin yang berjumlah enam atau sepuluh orang itu diserang oleh musuh demikian banyak, sehingga mereka lari ke arah bukit Fadfad. Kaum kafir  berkata, “Kami tidak ingin menumpahkan darah kalian, kami hanya ingin menukar kalian dengan harta penduduk Makkah. Kemarilah, kami tidak akan akan membunuh kalian!”

“Kami tidak mempercayai janji orang kafir,” sahut para sahabat sembari melepas anak-anak panah mereka dan pertempuran pun mulai terjadi. Ketika anak panah telah habis, mereka menyerang dengan lembing.

Ashim ra menyemangati kawan-kawannya, “Mereka telah menipu kita. Jangan panik, yakinlah bahwa syahid adalah ghanimah. Allah kekasih kita bersama kita, dan para bidadari surga sedang menunggu kita.” Sambil berkata demikian, ia menyerang musuh dengan gagah berani sampai lembingnya patah, lalu ia menggunakan pedangnya.

Namun, karena musuh sangat banyak, ia pun gugur sebagai syahid. Pada akhir hayatnya, ia berdoa, “Ya Allah, sampaikanlah berita kami kepada Rasulullah.” Doa tersebut langsung dikabulkan oleh Allah. Pada saat itu juga, Nabi SAW mengetahui kejadian tersebut.

Karena Ashim ra mengetahui bahwa Shulafah berniat meminum arak dari tengkoraknya, maka pada saat kematiannya ia berdoa, “Ya Allah, telah kukorbankan kepalaku di jalan-Mu, maka selamatkanlah kepalaku.” Allah menunaikan doa Ashim ra.

Orang-orang kafir berniat akan memenggal kepalanya, kemudian Allah mengirim sekumpulan lebah untuk melindungi mayat Ashim ra dari berbagai arah, sehingga musuh gagal memenggal kepalanya. Akhirnya pada saat itu mereka meninggalkan mayat Ashim dan mengambilnya pada malam hari jika sudah tidak ada lebah. Namun, pada malam itu turun hujan lebat, sehingga banjir telah menghanyutkan mayat Ashim ra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement