Kamis 09 Nov 2017 20:15 WIB

Muslimah di Era Utsmani Pelajari Obat-obatan Tradisional

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Era Dinasti Ottoman.
Foto: Aksitarih.com
Era Dinasti Ottoman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Selain wanita yang mempelajari ilmu kedokteran, ada pula wanita yang mendalami pengobatan tradisional. Pada masa Turki Utsmani, kelompok wanita ini berbeda dengan dokter meski sama-sama mampu menyembuhkan penyakit.

Mereka biasanya mengobati pasien dengan ritual dan obat-obatan tradisional yang telah dikenal secara turun-temurun. Pada abad ke-14, hidup seorang wanita yang ahli dalam pengobatan tradisional, yakni Karacaahmed. Selain mampu menyembuhkan penyakit fisik, penyembuh tradisional yang tinggal di Desa Afyon ini juga mampu menyembuhkan penyakit kejiwaan. Hingga abad ke-20, anak cucu Karacaahmed masih mewarisi kemampuannya untuk menyembuhkan penderita penyakit jiwa.

Beberapa catatan menyebut, penyembuh tradisional ini mampu menyembuhkan penyakit cacar. Salah satunya dibuktikan dari surat yang ditulis istri duta besar Inggris untuk seorang temannya di Inggris pada  1717.

Penyembuh tradisional ini pun pernah diundang oleh pihak istana untuk mengobati penyakit sifilis yang kala itu disebut hekim kadin. Mereka juga mampu mengobati pembengkakan perut dan diare pada anak-anak.

Selain dokter dan penyembuh tradisional, wanita pada masa Turki Utsmani juga mempelajari obat-obatan tradisional dan menjualnya. Wanita penjual obat-obatan tradisional itu disebut koca kari ilaclari. Pada abad ke-15, seorang dokter bernama Ibnu Serif mencoba menggunakan obat-obatan tradisional ini.

Banyak resep tradisional yang digunakan untuk mengobati penyakit. Misalnya, Evliya Celebi yang mempelajari resep pada abad 17 dari seorang wanita yang tinggal di Adrianople. Wanita itu menjual air mawar di dalam stoples. Penulis dan penyair asal Istanbul, Abdulaziz Bey, mencatat, kelompok wanita ini membuat obat tradisional dari tanaman obat dan hewan.

Bidan juga memainkan peranan penting dalam bidang kesehatan pada masa Turki Utsmani. Pada masa itu, ilmu kebidanan biasanya dipelajari turun-temurun dari ibu ke anak perempuan atau saudara perempuannya. Ada sebuah bukti berupa dokumen ketika istana mengangkat seorang bidan utama dan kedua.

Bidan biasanya mendapat gaji bulanan dan mendapat pelayanan istimewa seperti bangsawan. "Ada tiga kelas bidan, yakni bidan istana, bidan mulia, dan bidan rakyat," kata penyair yang lahir di Istanbul pada 1850 ini.  

Pada abad ke-19, ada beberapa bidan di Turki yang dikenal dengan nama-nama julukannya seperti pisau perak, tangan cantik, telinga bercincin, dan suci. Beberapa di antara mereka juga dikenal sesuai dengan nama kota kelahirannya.

Tak hanya dokter dan bidan, banyak pula wanita pada masa Turki Utsmani yang menjadi perawat. Profesi ini mulai muncul pada abad ke-20.

Pendidikan perawat di Turki resmi berdiri pada 1914. Sebelumnya, hanya ada perawat laki-laki yang disebut kayyum. Sedangkan perawat wanita disebut nineler.

Perawat wanita biasanya dipekerjakan di rumah sakit, sekolah, istana, dan Harem. Kepala perawat disebut hatun.

Perawat wanita semakin dibutuhkan ketika pecah Perang Dunia I. Kehadiran mereka diperlukan untuk mengobati tentara yang terluka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement