Rabu 08 Nov 2017 13:53 WIB

Institut Hasyim Muzadi: Ulama Bersatu, Indonesia Kuat

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bersama Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam, KH Muhammad Yusron Shidqi (baju putih tengah)  (Ilustrasi)
Foto: Republika/Muhyiddin
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bersama Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam, KH Muhammad Yusron Shidqi (baju putih tengah) (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Saat ini, bangsa Indonesia tengah mengalami krisis dan cobaan yang cukup berat. Karenanya, kiprah para ulama untuk mengatasi persoalan bangsa ini, harus terus ditingkatkan.

"Para ulama harus bersatu. Karena, dengan bersatunya ulama, maka bangsa Indonesia menjadi lebih kuat," kata Dewan Pakar Institut Hasyim Muzadi (IHM) Depok Prof Rahmat Wahab, Rabu (8/11).

Hal ini disampaikan Rahmat dalam acara Lokakarya Da'i Aswaja Bela Negara kerja sama Pesantren Al-Hikam dan Kemenhan di Sleman, Yogyakarta. "Kita tahu ulama menjadi panutan umat dan masyarakat. Kalau kita kompak, maka kita akan kuat. Sama halnya dengan ekonomi mikro kuat maka pada ekonomi makro tidak akan goyah. Bahkan, bisa mengentaskan yang ada di lingkungannya," ujarnya dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika.co.id.

Rahmat menuturkan, jejak almarhum KH Hasyim Muzadi dalam membangun kebangsaan dan keumatan masih bisa dilihat hingga saat ini. Dengan mengumpulkan para kiai dan ulama, maka akan menyelamatkan NU, umat, dan NKRI.

"Kalau pemikiran besar dalam menyampaikan Islam rahmatan lil alamin, kita bisa sebagai pendobrak bagi bangsa yang lain. Dengan pendidikan yang baik dan kuat, pasti kita akan menjadi negara yang mampu menghasilkan produk sendiri. Kita akan memiliki kemandirian dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain," ucapnya.

Salah satu narasumber kegiatan Lokakarya Da'i Aswaja Bela Negara, KH Shofiyullah Muzammil mengungkapkan, bahwa saat ini negara dalam kondisi darurat. Salah satunya yaitu darurat narkoba yang menyasar generasi muda dan darurat korupsi yang menyasar pada eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

"Ancaman yang tak kalah dahsyat dan ganas merongrong keutuhan dari dalam. Kalau tidak segera diatasi maka imunitas kebangsaan menjadi rapuh. Akibatnya, ancaman eksternal mengancam kedaulatan," kata Komisi Fatwa MUI DIY ini.

Selain itu, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Sleman ini juga menjelaskan, bahwa munculnya radikalisme akhir-akhir ini merupakan wujud tidak efektifnya dan lemahnya cara berdakwah umat Islam.

Karena itu, menurutnya, kedepannya perlu mensosialisasikan nilai Aswaja di masyarakat. "Dengan menerapkan nilai Aswaja maka permasalahan negara bisa diselesaikan. Pendidikan Aswaja suatu keharusan bagi masyarakat di semua elemen," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement