Rabu 08 Nov 2017 15:00 WIB

Menelusuri Kisah Dzulqarnain

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agung Sasongko
Alquran
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapakah Dzulqarnain itu? Apakah ia seorang nabi? Pertanyaan tersebut kerap terlontar ketika seseorang membaca kisahnya yang termaktub dalam Alquran, tepatnya dalam surah al-Kahfi.

Cukup banyak perbedaan pendapat di kalangan penafsir dan sejarawan terkait dengan sosok Dzulqarnain. Serta spekulasi, di antara tokoh-tokoh besar Islam, siapa yang cocok untuk menjadi pribadi Dzulqarnain.

Selain itu, cukup banyak pula riwayat yang menyebutkan Dzulqarnain bukanlah seorang nabi, melainkan hamba yang saleh. Seperti Imam Baqir pernah berkata, "Dzulqarnain bukan seorang nabi, melainkan hanya hamba yang saleh dan dicintai Allah SWT."

Sejarah dan nasib Dzulqarnain telah diriwayatkan dalam Alquran. Kisahnya bersangkut paut dengan bangsa Ya'juj dan Ma'juj. Bangsa yang dipercaya akan turun ke bumi ketika hari kiamat untuk melawan Nabi Isa di Bukit Thursina.

Alquran telah menguraikan cukup detail perihal sifat-sifat utama Dzulqarnain. Yakni pribadi bertauhid dan bertakwa, serta menjunjung tinggi nilai-nilai belas kasih dan keadilan.

Hal ini tergambar ketika Dzulqarnain melakukan sebuah ekspedisi. Seperti diterangkan Alquran, ia mempunyai tiga ekspedisi penting, yakni ke bumi belahan barat, timur, hingga akhirnya ke daerah-daerah yang terdapat barisan pegunungan. Ia senantiasa berhadapan dengan berbagai kaum pada setiap ekspedisi.

Terkait ekspedisi ini, sebagian ahli tafsir percaya Dzulqarnain pergi dari arah timur menuju utara. Hingga akhirnya ia sampai di sebuah gunung yang berapitan, yang menjadi penghalang antara Ya'juj dan Ma'juj dengan manusia.

Di hadapan kedua gunung itu, dia menemukan suatu kaum yang hampir tidak mengerti dan memahami percakapan. Namun, Allah SWT memberi hidayah kepada Dzulqarnain, sehingga bahasa kaum yang asing itu dapat dimengerti olehnya.

Kemudian, kaum itu pun mengeluh dan mengadu kepada Dzulqarnain tentang kejahatan Ya'juj dan Ma'juj. Kaum itu berkata, "Sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Maka, dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran (upah) kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?" (QS al-Kahfi: 94)

Dzulqarnain pun mengabulkan permintaan mereka, tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Ia bangun sebuah benteng yang terbuat dari besi dan tembaga agar bangsa Ya'juj dan Ma'juj tidak dapat menerobos ke dalam permukiman kaum tersebut. Seperti dia berkata, maka mereka (Ya'juj dan Ma'juj) tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. (QS al-Kahfi: 96)

Kisah tersebut menjadi refleksi betapa Dzulqarnain adalah seorang Mukmin yang bertauhid, penyayang, dan tidak menyimpang dari jalan keadilan. Sifat-sifat tersebut membuatnya mendapat perhatian khusus dari Allah SWT. Sebab, sosoknya adalah sahabat bagi para budiman dan pembuat kebajikan, namun musuh bagi para perusak dan budak kejahatan.

Kebesaran Dzulqarnain tersebut juga telah dikenal sebagian kalangan sebelum Alquran diturunkan ke bumi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement