Ahad 05 Nov 2017 09:49 WIB

Abu Hurairah, Teman Setia Rasulullah

Pejuang Islam (ilustrasi)
Foto:

Dia pun mengabdikan dirinya dan ingatannya yang tepat untuk menghafal hadis dan perintah Rasulullah SAW. Ketika Nabi (SAW) meninggal, Abu Hurairah terus menceritakan perilaku dan ucapannya, yang membuat beberapa sahabat bertanya-tanya bagaimana dia dapat mengetahui semua hadis tersebut? Kapan dia mendengarnya?

Abu Hurairah menjawab, "Anda mengatakan bahwa Abu Hurairah menceritakan banyak tentang Rasulullah dan kelompok Muhajirin tidak menceritakannya. Tapi teman-teman saya kelompok Muhajirin sibuk dengan perdagangan mereka di pasar, dan teman-teman saya orang Anshar sibuk dengan tanah mereka. Saya adalah orang miskin, selalu duduk dengan Rasulullah, jadi saya hadir saat mereka absen, dan saya hafal jika mereka lupa."

Selain itu, suatu hari Nabi (SAW) berkata, "Barang siapa yang menyebarkan pakaiannya sampai saya menyelesaikan ceramah saya, kemudian mengumpulkan ke dadanya, tidak akan pernah melupakan apa pun yang telah saya katakan. Oleh karena itu, saya menyebarkan pakaian saya dan dia mengarahkan pidatonya kepada saya, lalu saya mengumpulkannya. Demi Allah, saya tidak lupa apa yang dia katakan kepada saya nanti.

Demi Allah, saya tidak akan meriwayatkan sama sekali, tapi ada sebuah ayat dari Alquran: Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati. (2:159).”

Inilah cara Abu Hurairah menjelaskan alasan untuk menceritakan banyak hadis tentang Rasulullah (SAW). Pertama, dia punya waktu untuk menemani Nabi lebih dari orang lain. Kedua, dia memiliki kenangan kuat yang diberkati sehingga menjadi lebih kuat.

Ketiga, dia tidak menceritakannya karena dia suka menceritakan, tetapi karena menyebarkan hadis tersebut merupakan tanggung jawab agamanya dan kehidupannya. Jika tidak, dia lalai melaksanakan tugas, sehingga akan mendapat hukuman.

Karena alasan inilah dia terus menceritakan dan tidak ada yang bisa menghentikan atau menghalangi dia. Bahkan, ketika sayyidina Umar mengatakan kepadanya, "Berhentilah menceritakan tentang Rasulullah, atau saya akan mengirim Anda ke tanah Daus, tanah sukunya.”

Larangan ini bukan sebuah fitnah kepada Abu Hurairah, melainkan dukungan umat Islam selama periode ini harus membaca dan menghafal apa saja sehingga bisa menetap di dalam hati dan pikiran mereka. Alquran adalah kitab dan undang-undang. Ini adalah rujukan utama umat Islam.

Hadis Rasulullah (SAW) ada banyak sekali, terutama pada tahun-tahun awal kematiannya saat Alquran sedang disusun. Ketika itu umat Islam banyak mengalami kebingungan.

Abu Hurairah menghargai sudut pandang Umar, tetapi dia juga yakin akan kapasitas dirinya. Dia tidak ingin menyembunyikan apa pun dari hadis atau pengetahuan yang menurutnya akan menjadi dosa untuk disembunyikan.

Oleh karena itu, kapan pun menemukan kesempatan untuk menceritakan hal yang pernah dia dengar atau pahami tentang Rasulullah, dia tidak akan menundanya. Alasan penting lain adalah ada perawi lain pada masa itu yang biasa menceritakan dan membesar-besarkan tentang Rasulullah, tetapi para sahabat tidak yakin akan kebenarannya. Perawi ini adalah Ka'b al-Ahbaar, seorang Yahudi yang telah memeluk Islam.

Abu Hurairah adalah hamba Allah yang selalu mendirikan shalat berjamaah bersama istri dan anak perempuannya. Dia berdoa kepada Allah pada sepertiga malam. Tidak satu jam pun malam berlalu di rumah Abu Hurairah tanpa doa.

Agar bebas menemani Rasulullah SAW, dia mampu menahan lapar yang sangat luar biasa, sampai-sampai dia bisa meletakkan batu di perutnya, menekan hati dengan tangannya, dan jatuh saat di masjid sambil memutar batu itu sehingga beberapa temannya mengira dia penderita epilepsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement