Ahad 05 Nov 2017 05:30 WIB

Orang Tua Asuh El Fawaz Bantu Anak Jadi Hafiz Alquran

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Agung Sasongko
Open House El Fawaz. Pelajar mengikuti lomba mewarnai pada rangkaian kegiatan Open House SDIT Al-Quran El Fawaz di Gedung El Fawaz, Mampang, Jakarta Selatan, Sabtu (4/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Open House El Fawaz. Pelajar mengikuti lomba mewarnai pada rangkaian kegiatan Open House SDIT Al-Quran El Fawaz di Gedung El Fawaz, Mampang, Jakarta Selatan, Sabtu (4/11).

REPUBLIKA.CO.ID,‭‬JAKARTA — Beragam latar belakang status sosial orang tua murid dari Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) El Fawaz, akhirnya sekolah tersebut membuat program Orang Tua Asuh. Dimana anak yang memiliki prestasi di sekolah itu namun tidak memiliki dana, bisa dibantu oleh Orang Tua Asuh.

Pemilik SDIT El Fawaz Siti Devitra Ramanda mengatakan, setelah dia memutuskan berhijrah dan mengurus sekolah tersebut, ia tetap tidak meninggalkan teman-temannya yang dulu sempat mengajaknya dalam dunia glamour.

Loh tidak masalah kan kita berteman saja. Yang penting saya tetap seperti ini, mereka tetap seperti itu, tidak berpengaruh. Justru Orang Tua Asuh ini saya dapatkan dari teman-teman saya itu,” ujar dia kepada Republika.co.id usai acara Open House Full Day Bersama Alquran: Antara Cita-Cita dan Realita di SDIT El Fawaz, Mampang, Jakarta Selatan, Sabtu (4/11).

Bagi dia, orang tua murid yang heterogen, justru harus disiasati agar yang berprestasi bisa tetap sekolah. Ia meyakini, masalah kehidupan keluarga juga bisa menghambat anak dalam menghafal Alquran, akhirnya ia memutuskan membuat program Orang Tua Asuh.

“Jadi saya bergabung baru satu tahun ini, karena suami saya sudah tidak bisa urus ini. Saya coba urus. Saya carikan solusi dengan Orang Tua Asuh ini. Dalam hal ini teman-teman saya men-support, bahkan yang teman kelompok saya ini mereka bantu SPP bulanan,“papar dia.

Ini, lebih lanjut ia mengatakan, sebagai sebuah bentuk tanggungjawab sosial pihak sekolah, dan juga sebagai win win solution. Selain meringankan Nanda dan suami, anak-anak berprestasi juga bisa terbantu. Sekaranv, sudah ada lima anak yang terima program ini.

Ada juga anak yang menerima full keseluruhan dibayarkan sejak masuk sekolah, karena anak itu adalah anak yatim, saat inj sudah duduk di kelas 2, dan anak itu bernama Dian. Ini juga termasuk berjuang di jalan Allah, untuk tetap menegakkan Alquran, walau ada yang berbeda, tapi kurikulum tetap sesuai Diknas, kata dia.

Level orang tua yang ada di sana ada mulai dari Level A (atas) hingga Level E (bawah). Ada murid yang tinggal di Apartment Marbella, ada juga yang hanya pedagang sayur biasa. Hanya saja, tren hafiz Alquran ini semakin meningkat, sejak kemunculan program pencarian hafiz cilik di televisi. Ini membuat orang tua ingin memiliki anak yang bisa menuntun ke surga seperti para hafiz itu.

”Itu semua kembali ke pilihan orang tua. Tapi di sekolah kami, kami memiliki hafiz yang unggul. Target dari SDIT, si anak ini satu tahun harus hafal satu juz. Tapi semua itu tergantung kemampuan anak, p”jelas Nanda.

Anak-anak baru mulai diajarkan menghafal Alquran sejak kelas 3 SD, sementara ketika di kelas 1-2 SD, mereka diajarkan menghafal tajwid. Setiap pagi hari, anak-anak juga selalu diperdengarkan lafaz Alquran, sehingga si anak diajarkan akhiratnya dapat, bumbu dunianya pun dapat.

“Kita itu sekolah formal biasa, anak masuk pukul 06.45 WIB, selama 15 menit sampai pukul 07.00 WIB, anak-anak dikumpulkan dalam satu ruangan untuk zikir pagi, menghafal asmaul husna, juga doa-doa pagi. Dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 09.00 WIB, full kelas tahfiz yang sudah dibagi per halaqahnya. Di atas pukul 09.00 WIB, baru mulai belajar mata pelajaran umum, “papar Nanda.

Dengan metode menghafal bersama dengan teman-temannya, anak-anak bisa termotivasi. Dan ini merupakan salah satu metode yang dibuat fun, karena ada selingan games juga. Ustadz dan ustadzah pengajar pun merupakan hafiz 30 juz di usia muda. Alhamdulillah interaksi guru dengan anak pun mudah. Jadi mereka paham kayak temen begitu, kata dia.

Setiap satu minggu sekali, diadakan Hafiz of The Week. Mereka akan disematkan pin. Dan ini efektif membuat anak lainnya merasa iri tapi dalam bentuk positif, serta membuat anak mau menghafal. Akhirnya diadakan juga Hafiz of The Month dan Hafiz of The Year.

Metode belajar memang dibuat seatraktif mungkin dan semenarik mungkin. Yang penting membuat anak tertarik dulu. Anak yang masih kecil pemikiran mereka masih bisa dibentuk, dan daya tampung mereka masih banyak, sehingga mudah sekali untuk menerima metode yang diterapkan SDIT El Fawaz..

Satu kelas diisi tidak lebih dari 20 orang, agar fokus. Dan setiap tingkatan kelas hanya ada satu kelas. Kami semakin menebarkan motivasi untuk memasyarakatkan Alquran. Ada yang suka homey begini, karena kan lokasi kami di pojok. Ini open house kedua kami, dan tahun lalu kamis sudah undang Oki Setiana Dewi dalam open house seperti ini, jelas dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement