Jumat 03 Nov 2017 16:00 WIB

Menelusuri Jejak Reruntuhan Mercusuar Alexandria

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Agung Sasongko
Mercusuar Alexandria/Ilustrasi
Mercusuar Alexandria/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mercusuar Alexandria adalah salah satu "Tujuh Keajaiban Dunia Kuno" klasik yang masih merupakan objek wisata yang hebat sampai abad pertengahan. Terkenal akan kehebatannya, banyak para wisatawan muslim datang untuk mengaguminya.

Mercusuar dibangun pada abad ke-3 SM. Selama masa pemerintahan Ptolemy I (Soter 367-283 SM) dan puteranya Ptolemy II Philadelphus (285 -246 SM (Ptolemeus), Alexandria berkembang menjadi kota besar. Tinggi, bentuk dan multifungsi mercusuar tidak pernah mengecewakan pengunjungnya karena terletak di Pulau Faros kecil, di lepas pantai kota.

Mercusuar sangat dikagumi dan sering dikunjungi dan digambarkan oleh orang-orang dari peradaban Islam. Ini bisa disebabkan oleh ukurannya yang besar, tapi mungkin juga karena ketertarikan pada teknologinya seperti yang terlihat pada fungsi cerminnya.

Walaupun deskripsi literatur pra-Islam tentang mercusuar itu langka, para penulis Muslim menyediakan, bersama dengan berbagai legenda, catatan berharga tentang konfigurasinya sepanjang periode abad pertengahan.

Sejumlah pelancong Andalusia abad ke-12 meninggalkan catatan mengenai mercusuar yang luar biasa ini, seperti Ibn Jubair, Abu Hamid Al-Gharnati dan Yousif Ibn al-Shaikh Al-Balawi sesaat sebelum hancur oleh serangkaian gempa antara 956 dan 1323. Menurut "Alexandria: Kota Pikiran Barat" oleh Theodore Vrettos, Mercusuar Pharos kemungkinan besar bertemu nasibnya dalam gempa bumi tahun 1350.

Blok granit dan marmer yang megah terjungkal ke pelabuhan dan mengganggu pengiriman dengan kapal selama hampir seratus tahun sebelum jalur dibersihkan dari potongan terbesar. Sampai akhir tahun 1480, tunggul menara masih menjorok dari Heptastadion. Tak lama setelah itu, sultan Mesir, Kait Bey (Qaitbay) membangun sebuah benteng dan kastil di sana, menggunakan pangkalan marmer Pharos yang jatuh, untuk dinding.

Ada pendapat yang sangat berbeda mengenai ketinggian mercusuar. Karena perbedaan pandangan, ukurannya bervariasi secara dramatis, sampai batas tertentu kira-kira berubah antara 100 dan 200 meter. Perhitungan ukuran sebagian besar didasarkan pada catatan saksi wisatawan dari Dunia Muslim.

Misalnya menurut wisatawan abad ke-10 al-Idrisi dan Yusuf Ibn al-Shaikh, bangunan itu tingginya 300 hasta. Karena ukuran huniannya bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya, namun ini bisa berarti bahwa Pharos (Mercusuar Alexandria) berdiri dari ketinggian 450 (140 m) sampai 600 (183m) kaki.

Contoh lain, deskripsi Arab tentang mercusuar sangat konsisten, meskipun sudah diperbaiki beberapa kali terutama setelah kerusakan gempa. Ketinggian yang mereka berikan bervariasi hanya lima belas persen dari 103 sampai 118 meter (338 sampai 387 kaki), dengan basis 30 meter (98 kaki), penulis Arab menunjukkan sebuah menara dengan tiga lapisan lonjong, yang mereka gambarkan sebagai persegi, segi delapan dan melingkar, dengan lereng yang besar.

Secara keseluruhan nampaknya sangat besar di mata para pelancong pada masa itu. Sebagaimana Ibn Jubayr menyaksikannya "bersaing dengan langit di ketinggian,"

Telah dikatakan bahwa mercusuar ini sangat terganggu oleh jumlah bencana alam, yang akhirnya benar-benar runtuh dan akhirnya tetap terbengkalai dalam pembangunan Benteng Qaitbay sekitar akhir abad ke 15. Ini berlangsung lama sebagai salah satu keajaiban kuno, bersama dengan Mausoleum di Halicarnassus dan Piramid Agung Giza yang sekarang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement